REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Di era digitalisasi, terjadi perubahan yang cukup besar pada model-model pembelajaran, khususnya terkait dengan penerapan teknologi informasi (TI) di segala bidang. Menyikapi hal tersebut, diperlukan kesiapan para pendidik dalam menyiapkan generasi abad 21 untuk memiliki kemampuan 4C (communication, collaboration, creativity, and critical thinking).
Berkenaan dengan hal tersebut, Program Studi (Prodi) Doktoral dan Magister Peneltian dan Evaluasi Pendidikan (S2 dan S3 PEP) Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan mengusung tema utama “Profesionalisme Guru Dalam Pengembangan Asesmen Pembelajaran”, dengan subtema Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik dan Penyusunan Instrumen Berbasis HOTS bagi Guru-guru Pendidikan Menengah di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur.
Kegiatan PKM diawali dengan pembukaan secara resmi pada Senin (25/7/2022) pukul 14.00 oleh Asisten Daerah Satu (Asda I) Kabupaten Cianjur, Arif Purnawarman SAP mewakili bupati Cianjur, dan dari pihak Pascasarjana UNJ dipimpin oleh Direktur Pascasarjana UNJ, Prof Dr Dedi Purwana ES MBus.
Pada sambutannya, Direktur Pascasarjana UNJ menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat melibatkan 10 orang profesor dan dosen-dosen dan mahasiswa
pascasarjana yang dilaksanakan secara berkesinambungan. “Sebab, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur ini telah dimasukkan di dalam Renstra UNJ sebagai desa binaan Pascasarjana UNJ. Upaya ini dilaksanakan dengan harapan dapat mendorong dan meningkatkan kemampuan SDM masyarakat Mande lebih mandiri,” kata Prof Dedi Purwana seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (28/7/2022).
Sementara itu Asda 1 Cianjur, Arif Purnawarman menyambut sangat baik program dari pascasarjana UNJ. “Kami berharap bahwa program ini terus diperluas (bukan hanya untuk kecamatan Mande) karena Kabupaten Cianjur memiliki 37 kecamatan yang semuanya perlu mendapatkan perhatian,” ujarnya.
Profesionalisme guru
Pada hari kedua, Selasa (26/7/2022), Pascasarjana UNJ Prodi S3 dan S2 PEP menyelenggarkan workshop Peningkatan Profesionalisme Guru Dalam Pengembangan Asesmen Pembelajaran yang diikuti oleh para guru Pendidikan Menengah di Kecamatan Mande. Selaku Koordinator Kegiatan adalah Dr Riyadi MT bersama dengan Prof Dr Awaluddin Tjalla MPd selaku koordinator Program S3 PEP UNJ dan Dr Ir Mahdiyah MKes, serta beranggotakan segenap dosen dan mahasiswa dari Program S3 dan S2 PEP UNJ. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 15.30 bertempat diSMPN I Mande.
Berkenaan dengan profesionalisne guru dalam pengembangan asesmen pembelajaran Prof Dr Awaluddin Tjalla MPd mengungkapkan bahwa tren kualitas pendidikan Indonesia pada siswa berusia 15 tahun berdasarkan Program for International Science Assessment (PISA) cenderung menurun dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018. Yaitu, literasi membaca dari 397 menjadi 371, literasi matematika dari 386 menjadi 379, literasi sain dari 483 menjadi 396. “Apabila dibandingkan dengan berbagai negara di dunia, pada tahun 2018 Indonesia mengalami penurunan peringkat yaitu dari peringkat 64 menjadi 75 dari 100 negara,” ungkapnya.
Ia menambahkan, meskipun demikian masih ada berbagai kalangan yang belum bisa menerima hasil penilaian kualitas pendidikan di Indonesia hanya berdasarkan PISA. Alasannya, siswa yang diuji hanyalah diambil dari sampel sehingga belum tentu merepresentasikan kondisi nyata. Sebab, Indonesia memiliki variasi yang sangat besar meliputi berbagai suku bangsa dengan latar belakang bahasa dan budaya serta ketidakmerataan fasilitas pendidikan yang dapat berimplikasi pada ketimpangan kemampuan literasi siswa antardaerah.
“Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa metode penilaian masih menjadi dinamika ruang diskusi untuk bisa menghasilkan metode penilaian yang ideal,” kata Awaluddin Tjalla.
Merespons kondisi tersebut, Pasca Sarjana UNJ terpanggil untuk membantu para penyelenggara pendidikan serta para guru untuk dapat lebih mandiri mengembangkan asesmen pembelajaran. “Pengembangan asesmen pembelajaran menjadi kebutuhan sangat urgent bagi penyelenggara pendidikan untuk mengevaluasi kualitas capaian program
pendidikan yang dihadapkan dengan tantangan megatren dunia menuju tahun 2045 yang akan diwarnai situasi pertumbuhan demografi global, urbanisasi dunia, perdagangan internasional, sistem keuangan internasional, kelas pendapatan menengah, persaingan sumber daya alam, perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan peranan engineering economic,” paparnya.
Awaluddin Tjalla menegaskan, pengembangan asesmen pembelajaran merupakan keniscayaan bagi penyelenggara penyelenggara pendidikan yang terus mengembangkan inovasi dalam membangun kompetensi peserta didik untuk menghadapi masa depan dengan situasi yang jauh berbeda dengan kondisi masa kini seperti dengan munculnya jenis pekerjaan baru, tenaga kerja yang multigenerasi dan beragam, tidak dibatasi oleh struktur dan ruang, digitalisasi, kemudahan akses big data.
Ia mengemukakan, akuntabilitas peran guru akan tercermin pada kualitas penyelenggaraan pendidikan dan capaian prestasi hasil didik. “Untuk dapat mengukur kualitas penyelenggaraan pendidikan dan capaian prestasi hasil didik mutlak diperlukan profesionalitas guru dalam mengembangankan asesmen pembelajaran,” ujarnya.
Penyusunan instrumen berbasis HOTs
Pada sesi materi penyusunan Instrumen berbasis HOTs Dr Riyadi MT menyampaikan bahwa pekerjaan guru yang paling sulit adalah memberikan penilaian kepada siswa karena memiliki tanggung jawab dunia dan akhirat. “Berbagai model penilaian pernah diimplementasikan tetapi masih belum bisa memperoleh metode penilaian yang memuaskan,” kata Dr Riyadi.
Model penilaian yang ramai mendapatkan kritik terakhir adalah penilaian kemampuan siswa untuk dinyatakan lulus adalah melalui ujian nasional (UN). “UN dikritik karena dianggap tidak berkeadilan karena tiap daerah memiliki kondisi yang tidak sama baik dari potensi sumberdaya manusia, potensi sumber daya alam hingga dukungan fasilitas pendidikan yang berdampak pada disparitas kemampuan siswa,” ujarnya.
Pembuatan soal UN merupakan perjalanan panjang melalui proses pengujian parameter butrir soal seperti validitas dan reliabilitas serta daya beda. Soal UN disusun dengan menerapkan standar level kognitif tinggi yang dikenal dengan istilah High Order Thinking Skills (HOTs). “Dihapusnya UN dan ujian Sumatif yang terpusat dalam penddikan nasional menggeser tanggung jawab yang lebih besar kepada penyelenggara pendidikan serta para guru untuk dapat menyusun instrumen penilaian mandiri denngan standar yang sama, yaitu memenuhi kriteria HOTs,” kata dia.
Pada workshop tersebut diulas kembali pijakan konsepsi HOTs dari ketiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengacu pada konsepsi taksonomi Bloom.
Materi pengembangan penilaian autentik pembelajaran dan instrumen asesmen berbasis HOTs masih akan dilanjutkan secara a-sychrous dalam bentuk daring yang akan dilaksanakan hingga tanggal 1 Agustus 2022. Atas keikutsertaan para guru Pendidikan Menengah di Kecamatan Mande pada workshop ini akan diberikan sertifikat dari UNJ setara dengan 32 jam pelajaran.