REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanis buatan sering kali dipandang sebagai alternatif gula yang lebih sehat. Ironisnya, studi terbaru menunjukkan bahwa pemanis buatan justru bisa menyebabkan terjadinya diabetes.
Pemanis buatan kerap digunakan sebagai pengganti gula dalam berbagai produk berlabel diet atau tanpa gula. Beberapa contohnya adalah minuman soda, makanan penutup mulut, makanan siap masak, kue, permen karet, dan bahkan pasta gigi.
Selama ini, pihak produsen kerap menyanggah bahwa penggunaan pemanis buatan dapat memberikan efek merugikan bagi tubuh. Beberapa ahli juga sebelumnya menyatakan bahwa kadar gula darah tak terpengaruh oleh pemanis buatan.
Baca juga : Jenis Buah yang Bisa Berbahaya untuk Pengidap Diabetes
Akan tetapi, hal berbeda ditemukan oleh sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cell. Temuan dalam studi terbaru ini mengindikasikan bahwa pemanis buatan peru digunakan dengan kewaspadaan dan kehati-hatian.
Studi ini dilakukan dengan melibatkan lebih dari 1.300 orang partisipan. Di antara para partisipan tersebut, ada 120 orang yang tak pernah mengonsumsi pemanis buatan dalam keseharian mereka.
Seluruh partisipan lalu dibagi ke dalam enam kelompok, di mana dua di antaranya merupakan kelompok kontrol. Partisipan yang berada di empat kelompok non kontrol diminta untuk mengonsumsi pemanis buatan, baik itu jenis aspartam, sakarin, stevia, atau sukralosa. Mereka diminta untuk mengonsumsi pemanis-pemanis buatan ini dengan kadar di bawah batas harian yang ditentukan oleh Food and Drug Administration.
Selanjutnya, tim peneliti mengambil sampel mikroba dari para partisipan. Sampel tersebut lalu disuntikkan ke dalam hewan tikus yang bebas kuman dan ada dalam kondisi yang sangat steril dan tak memiliki bakteri di dalam usus mereka.
Baca juga : Cara Mudah Makan Sayur bagi Pengidap Diabetes Saran dari Ahli Diet
Hasil dari percobaan ini mengindikasikan bahwa konsumsi pemanis non nutrisi atau pemanis buatan dapat memicu perubahan yang signifikan pada komposisi serta fungsi mikroba di usus. Konsumsi pemanis buatan juga tampak memicu perubahan molekul yang disekresikan ke dalam darah tepi. Akan tetapi, efek ini mungkin bisa bervariasi pada tiap individu, mengingat komposisi mikrobioma usus tiap orang berbeda-beda.
"Ini tampak mengindikasikan bahwa mikroba usus di dalam tubuh manusia responsif terhadap tiap pemanis buatan ini," ungkap peneliti senior dari German National Cancer Centre, Prof Eran Elinav, seperti dilansir New York Post.
Setelah meneliti lebih lanjut pada kelompok yang mengonsumsi pemanis non nutrisi, tim peneliti menemukan ada dua jenis pemanis yang dapat mempengaruhi toleransi glukosa pada orang dewasa sehat secara signifikan. Kedua jenis pemanis tersebut adalah sakarin dan sukralosa.
"Menariknya, perubahan di mikroba sangat berkaitan dengan perubahan yang terlihat pada respons glikemik para partisipan," lanjut Prof Elinav.
Baca juga : BPOM Izinkan Penggunaan Paxlovid untuk Pengobatan Covid-19
Prof Elinav dan tim juga menemukan fenomena serupa ketika melakukan penelitian dengan hewan tikus pada 2014. Studi tersebut menemukan bahwa pemanis buatan bisa memberikan efek yang buruk bagi metabolisme dan kontrol nafsu makan.
Selain pemanis buatan, sebuah laporan dalam American Journal of Preventive Medicine juga menemukan hal tak terduga lain yang dapat meningkatkan kadar gula darah dan risiko diabetes. Hal tersebut adalah vaping atau penggunaan rokok elektrik.