REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengimbau masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan karena pandemi belum berakhir. "WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) belum mencabut status pandemi. Kita harus menyadari bahwa kehadiran subvarian bahkan potensi varian baru yang lebih menginfeksi bisa saja terjadi ketika sebagian dari penduduk atau negara di dunia longgar protokol kesehatan," ujar Dicky ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (14/9/2022).
Ia mengakui, situasi COVID-19 di dalam negeri saat ini memang cenderung di fase melandai, tetapi beberapa wilayah di dunia status kasusnya meningkat seperti di Jepang bahkan beberapa negara Eropa. Ia mengingatkan, subvarian omicron memiliki kemampuan untuk menginfeksi dan mereinfeksi jauh lebih kuat daripada subvarian atau varian-varian sebelumnya sehingga membuat kasus masih berpotensi meningkat.
Ia menyampaikan, saat ini subvarian Omicron BA.2.75.2 menjadi perhatian dunia karena pertumbuhannya meningkat cukup cepat. Oleh karena itu, Praktisi dan Peneliti Global Health Security itu pun meminta pemerintah agar setiap pelonggaran kebijakan jangan sampai memberi pesan atau kesan bahwa situasi sudah aman, terkendali, atau sudah bisa melakukan aktivitas sebagaimana sebelum terjadi pandemi.
"Harus dibangun kesadaran dengan komunikasi risiko, dengan mengatakan bahwa adanya pemulihan, adanya perubahan kebijakan bukan berarti karena pandemi sudah berakhir," tuturnya.
Sementara itu, tercatat pada hari ini (14/9) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 melaporkan laju kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia bertambah 2.799 kasus, dengan penyumbang terbanyak secara nasional berasal dari DKI Jakarta.
Menurut Dicky, situasi COVID-19 di dalam negeri masih cukup terkendali. Namun, bisa saja mendadak berubah menjadi lebih serius jika masyarakat abai terhadap protokol kesehatan serta tidak melakukan vaksinasi penguat.
"Kehadiran subvarian bahkan potensi varian baru yang lebih bisa mengurangi efektivitas dari vaksinasi atau imunitas yang terbentuk dari kombinasi vaksinasi atau reinfeksi bisa terjadi, terutama ketika masyarakat tidak disiplin dan belum mendapatkan booster," tuturnya.