Sabtu 22 Oct 2022 08:28 WIB

Pentingnya Mengontrol Tekanan Darah di Usia 50 Tahun, Penelitian Jelaskan Alasannya

Tekanan darah tinggi di usia 50 tahun bisa sebabkan berbagai penyakit serius.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Tekanan darah tinggi di usia 50 tahun bisa sebabkan berbagai penyakit serius.
Foto: www.pixabay.com
Tekanan darah tinggi di usia 50 tahun bisa sebabkan berbagai penyakit serius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di usia paruh baya harus memiliki kebiasaan sehat agar membantu mencegah kondisi kesehatan yang mengkhawatirkan hidup. Secara khusus, ada kebiasaan sederhana yang dapat membantu menjaga kesehatan dari daftar penyakit serius.

Ada satu kebiasaan baik yang bisa dilakukan seseorang mulai di usia 50 tahun, yakni mengontrol tekanan darah. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai penyakit serius. Faktanya, Mayo Clinic mencatat tekanan darah tinggi secara diam-diam dapat merusak tubuh selama bertahun-tahun sebelum gejala berkembang. 

Baca Juga

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kecacatan, kualitas hidup buruk, atau bahkan serangan jantung hingga stroke mematikan. Selain itu, tekanan darah tinggi yang tidak diobati telah dikaitkan dengan peningkatan insiden demensia, aneurisma, penyakit jantung, kerusakan ginjal, kehilangan penglihatan, disfungsi seksual, dan banyak lagi.

Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open mengatakan bahwa jika berusia antara 50 hingga 80 tahun, Anda berisiko lebih tinggi terkena hipertensi. Jika darah tinggi tidak terkontrol, Anda emiliki risiko kesehatan lebih tinggi daripada orang dewasa yang lebih muda. Itulah mengapa beberapa ahli menyarankan untuk memeriksa tekanan darah setiap hari, bahkan jika tidak mengalami gejala gangguan tersebut. 

"Pemantauan BP (tekanan darah) di rumah dikaitkan dengan penurunan tekanan darah sedang dan hemat biaya," tulis studi tersebut dilansir Best Life, Sabtu (22/10/2022).

Penelitian menyarankan adanya pedoman edukasi untuk pasien tentang pentingnya pemantauan tekanan darah yang diukur sendiri (SBPM), dan berbagi bacaan dengan dokter dan frekuensi SBPM. Para peneliti juga menunjukkan bahwa hanya 48 persen orang yang harus secara teratur memeriksa tekanan darah mereka di rumah saat ini, bahkan lebih sedikit orang yang menyampaikan informasi itu kepada tim medisnya. 

Hanya 61 persen responden survei yang diketahui memiliki kasus hipertensi, atau kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi, disarankan oleh dokter mereka untuk memeriksa tekanan darah di rumah. Menurut American Heart Association (AHA), konsistensi adalah kunci dalam memantau tekanan darah di rumah.

“Penting untuk melakukan pembacaan pada waktu yang sama setiap hari, seperti pagi dan sore hari," tulis AHA.

Anda harus selalu mencatat hasil pemantauan tekanan darah sebagai referensi di masa depan. Dengan melakukan dua hingga tiga pembacaan satu menit selama setiap sesi pemantauan tekanan darah, Anda bisa mendapatkan pembacaan yang paling akurat.

AHA juga mencatat bahwa seseorang harus memperhatikan faktor apa pun yang dapat memengaruhi penghitungan tekanan darah, seperti mengosongkan kandung kemih lima menit sebelum membaca dan tidak merokok, minum alkohol, atau berolahraga dalam 30 menit sebelumnya. Duduklah dengan tenang, dan pastikan melepaskan pakaian yang menghalangi penghitungan monitor alat pemantau tekanan darah.

 

Cara menurunkan tekanan darah

Selain memantau tekanan darah secara teratur, penting untuk mengambil tindakan nyata menurunkan tekanan darah yang tinggi. Anda mungkin dapat melakukan dengan mengurangi berat badan melalui pola makan sehat dan olahraga teratur, berhenti merokok, membatasi asupan alkohol, mengelola stres, tidur nyenyak, dan mengurangi asupan natrium. 

Dokter mungkin juga meresepkan obat, atau menyarankan menggunakan alat latihan pernapasan untuk membantu menurunkan tekanan darah. Bicaralah dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement