Senin 07 Nov 2022 17:27 WIB

Saat Zakat Menjadi Penyelamat Resesi Ekonomi

Zakat dapat berperan dalam mengurangi dampak resesi yang akan terjadi.

Perjuangan menghadapi resesi ekonomi dan PHK (ilustrasi)
Foto: republika
Perjuangan menghadapi resesi ekonomi dan PHK (ilustrasi)

Oleh : Nana Sudiana, Direktur Akademizi & Associate Expert FOZ

REPUBLIKA.CO.ID, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tahun depan (2023) pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat. Hal ini Ia sampaikan pada acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) di Bali, Senin, 11 Juli 2022.

Pelambatan ekonomi ini terutama dipicu oleh perlambatan di sejumlah negara utama, seperti Amerika Serikat, Cina serta negara-negara di Eropa. Pada 2023, Amerika Serikat (AS) diperkirakan tumbuh 1,5 persen. Angka pertumbuhan ini lebih kecil dari angka pertumbuhan tahun ini, yakni mencapai 1,7 persen.

Adapun Cina tahun depan diperkirakan tumbuh 4,5 persen. Angka ini tak jauh berubah dari angka pertumbuhan tahun ini sebesar 3,2 persen. Beberapa negara Eropa diperkirakan tumbuh 0,7 persen pada tahun depan. Angka itu lebih rendah ketimbang proyeksi pertumbuhan tahun ini sebesar 2,9 persen.

Ancaman perlambatan ekonomi ini terjadi secara global. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, ancaman reseai ini bukan hanya disebabkan faktor ekonomi. Namun, disebabkan juga oleh faktor geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina. Kata Sri Mulyani, perang, yang terjadi memicu peningkatan inflasi global, dan diikuti peningkatan suku bunga serta pengetatan likuiditas berisiko bagi negara yang sudah tertekan.

Risiko dan stagnasi ekonomi ini akan dirasakan bukan hanya oleh negara berpenghasilan rendah tetapi juga oleh sejumlah negara menengah. Bahkan sebagian negara-negara maju. Hal ini disampaikan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers - 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting, Kamis, 13 Oktober 2022 di Washington DC.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pada 2023 resesi global diperkirakan dapat mengancam perekonomian dunia. Sejumlah ekonom dan ahli keuangan menilai Indonesia tetap akan terkena dampaknya. Walau terdampak, situasi Indonesia tetap akan bertahan dan diperkirakan mampu melewati ancaman tersebut. Dan masyarakat, apalagi yang berpenghasilan menengah ke bawah tetap akan merasakan akibat guncangan ekonomi yang terjadi.

Di tengah perkiraan datangnya ancaman kuat terjadinya resesi di tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi berada di rentang 4,6 persen hingga 5,3 persen. Dan angka ini masih lebih tinggi dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang sebesar 2,6 persen.

Resesi ekonomi yang terjadi, tidak hanya berdampak pada perekonomian negara, tetapi juga langsung berakibat pada terjadinya goncangan ekonomi pada kehidupan masyarakat. Secara umum, ini akan berdampak pada terpicunya penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi secara nasional hingga global.

Yang akan terasa langsung bagi rakyat adalah akan adanya kenaikan harga-harga. Kenaikan harga ini, apalagi pada barang-barang kebutuhan utama seperti sembako dan kebutuhan bahan-bahan pokok lainnya, jika tidak dibarengi kenaikan UMR, akan sangat memberatkan beban masyarakat. Kenaikan harga-harga pastinya akan segera menambah beban pengeluaran sebuah keluarga.

Peran ZIS di Tengah Ancaman Resesi

Di tengah adanya ancaman resesi ekonomi, zakat dapat berperan dalam mengurangi dampak resesi yang akan terjadi. Zakat dengan konsep menjadi sarana ibadah yang juga berdimensi sosial, akan berperan mengurangi gap distribusi kekayaan dalam masyarakat. Dengan sarana zakat, harta dari mereka yang berlebih (muzaki) akan didistribusikan pada mereka yang kekurangan, sehingga tercapailah tujuan kemaslahatan bersama dalam bentuk kesejahteraan ekonomi sekaligus pengurangan jumlah kemiskinan.

Zakat yang dikumpulkan lembaga pengelola zakat dari para muzaki akan diberikan pada mereka yang membutuhkan (mustahik) dalam bentuk berbagai program pendistribusian dan pendayagunaan. Sejumlah program charity dan pemberdayaan disiapkan untuk mereka dalam beragam durasi waktu. Ini memang tidak menjamin berlangsung dalam jangka panjang, namun dengan adanya bantuan riil untuk kalangan menengah ke bawah ini, mereka tetap akan terbantu dan minimal mampu bertahan di situasi kritis saat resesi terjadi.

Lembaga zakat juga dalam dimensi yang berbeda, punya tanggungjawab untuk mengedukasi para muzakinya agar bisa hidup sederhana dan melakukan penghematan. Hal ini perlu dilakukan muzaki agar ia punya kemampuan cadangan dana yang cukup ketika resesi terjadi dan mampu terus beramal dan peduli dengan tetap berbagi untuk sesama.

Bukti bahwa dana ZIS ini berperan optimal ketika krisis adalah saat di Indonesia terjadi pandemi dan muncul kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) yang menyebabkan banyak sekali orang kehilangan pekerjaan. Dengan kehadiran semangat kegotongroyongan dan jiwa kepedulian pada sesama, para muzaki bergerak membantu mustahik melalui lembaga-lembaga zakat dan sosial yang ada.

Gerakan ini-lah yang riil menjadi "katup pengaman" saat krisis terjadi. Dan di tengah ancaman resesi, hal ini pula yang akan kembali menguatkan masyarakat dhuafa, terutama mereka yang tak berdaya dan tak punya kemampuan finansial yang cukup.

Dengan dana ZIS yang dihimpun melalui organisasi pengelola zakat akan banyak rakyat kecil terselamatkan dari kelaparan serta memburuknya kesehatan karena tiadanya kecukupan pendapatan. Dana ZIS juga bila didayagunakan secara produktif, akan mampu membantu masyarakat dalam mengurangi beban ekonomi.

Dengan pengelolaan yang kreatif, inovatif serta penuh profesionalisme, dana ZIS yang didayagunakan bagi mustahik akan mampu memicu kemandirian bagi ekonomi keluarga mereka. Wujud dana ZIS juga bisa diberikan dalam bentuk program-program pelatihan gratis bagi masyarakat yang kena PHK sekaligus mendorong kegiatan kewirausahaan yang bermanfaat.

Dengan demikian, resesi ekonomi global mungkin saja terjadi dan akan juga berdampak pada negeri ini, namun bila masih ada nyala kepedulian di orang-orang berpunya (muzaki), semoga dampaknya tidak terlalu besar dan memporakporandakan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Dengan semangat gotong royong, semoga masyarakat bawah segera bisa tertolong dan kembali bangkit dari berbagai dampak negafif krisis ekonomi yang terjadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement