Selasa 22 Nov 2022 21:36 WIB

Kisah Peternak Lebah Gaza yang Merana Gara-Gara Perubahan Iklim

Tahun ini adalah yang terburuk bagi peternak lebah di Gaza.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Koloni lebah. Ilustrasi. Perubahan iklim mempengaruhi produksi madu.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Koloni lebah. Ilustrasi. Perubahan iklim mempengaruhi produksi madu.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kali ini bukan buldoser atau peluru yang meresahkan peternak Gaza, tetapi hujan dan angin. Cuaca membuat lebah terkurung di sarangnya di musim semi, ketika mereka seharusnya keluar mencari nektar.

Lebih dari 15 tahun blokade Israel belum cukup membunuh peternakan lebah di Gaza. Namun peternak lebah mengatakan, perubahan iklim mungkin saja bisa membunuh peternakan lebah.

Baca Juga

"Tahun ini adalah yang terburuk bagi peternak lebah di Gaza. Banyak lebah yang mati," kata Waleed Abu Daqqa yang merawat sarang lebah di bagian timur kantong pesisir Palestina.

Suhu telah meningkat selama setengah abad di wilayah dengan dua juta warga Palestina hidup di bawah blokade ekonomi yang menghancurkan yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir sejak Hamas mengambil kendali pada 2007. Selama beberapa tahun terakhir, menurut pejabat dari Kementerian Pertanian Adham Al-Basyouni, jumlah sarang lebah hampir setengahnya dan produksi madu turun menjadi 180 ton dari 400 ton beberapa tahun lalu.

Peternak dan lebahnya telah kehilangan akses ke lahan pertanian utama, dibuldoser di dekat perbatasan jalur tersebut. Blokade dan enam perang antara Hamas dan Israel telah mempersulit, ditambah mahalnya mengimpor pasokan dari luar Gaza.

Baysouni mengatakan, sekarang faktor utama yang menyebabkan krisis lebah adalah perubahan iklim akibat pemanasan global. Tahun ini, di Gaza iklim yang tidak dapat diprediksi membawa musim dingin yang tidak sesuai musim.

"Kami menyaksikan badai hujan berulang kali, yang memaksa lebah untuk tetap tinggal di dalam sarang dan mereka memakan apa yang ada di dalamnya dan menyebabkan produksi yang buruk," kata Baysouni.

Lebah dan penyerbuk lainnya sangat penting bagi pertanian dan satwa liar di seluruh dunia. Perubahan iklim merupakan masalah global.

"Pergeseran suhu yang radikal, kekeringan, dan banjir mengganggu wilayah alami penyerbuk, membuat ekosistem tidak cocok untuk proses yang diperlukan untuk mempertahankan populasi, seperti hibernasi musim dingin, pembentukan sarang musim semi, dan reproduksi," tulis peneliti lebah Diana Cox-Foster dan Gloria DeGrsaandi-Hoffman dari Departemen Pertanian Amerika Serikat.

Insinyur pertanian dan peternak lebah Gaza Ratib Sammour telah membangun bisnis yang sukses dengan menjual produk kesehatan dari lebah dan merawat pasien dengan sengatan lebah yang dikenal sebagai apitherapy. Sekarang mata pencahariannya itu berisiko.

Sammour tidak hanya menghadapi produksi madu yang turun, tetapi juga jumlah produk lain seperti royal jelly, bee pollen, bee venom, dan lem lebah yang dikenal sebagai propolis. "Ketika jumlah lebah mulai menurun, itu tercermin pada kami," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement