Oleh : Nidia Zuraya, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini nikel merupakan salah satu sumber daya mineral yang menjadi komoditas strategis di pasar global. Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan, permintaan nikel di pasar global akan terus meningkat seiring dengan penguatan tren energi baru terbarukan (EBT).
Dalam laporannya di Southeast Asia Energy Outlook 2022, IEA memprediksi permintaan nikel untuk keperluan teknologi energi bersih akan berkembang pesat sampai 20 kali lipat selama periode 2020 sampai 2040.
Indonesia merupakan produsen nikel terbesar dunia saat ini. Selain terbesar dari sisi volume, kualitas nikel di Indonesia juga terbaik di dunia. Nikel kelas satu sangat dibutuhkan untuk pengembangan baterai mobil listrik untuk campuran jenis logam cobalt.
Meski permintaan nikel dari segmen baterai ini belum terlalu besar, namun segmen kendaraan listrik yang diperkirakan akan tumbuh cepat, akan memicu naiknya permintaan nikel kelas satu dari Indonesia. Data dari IEA juga mengungkapkan, kendaraan listrik saat ini menyumbang dua persen lebih dari penjualan mobil global dan akan menjadi 58 persen pada 2040.
Tiga daerah penghasil nikel terbesar dunia berada di Sulawesi. Beberapa daerah Sulawesi yang berkembang menjadi lokasi pertambangan nikel antara lain Kolaka (Sulawesi Tenggara), Morowali (Sulawesi Tengah) dan Luwu Timur (Sulawesi Selatan).
Tak hanya di Sulawesi, sumber daya mineral ini juga banyak ditemukan di Maluku. Di Maluku daerah tambang nikel antara lain terdapat di Halmahera (Maluku Utara) dan Pulau Ternate. Cadangan nikel juga meluas sampai ke Papua, yang lokasi tambangnya antara lain terdapat di Pulau Gag.
Memanfaatkan potensi cadangan nikel yang besar di tengah tren energi bersih, Indonesia pun telah menerapkan larangan ekspor bijih nikel. Larangan tersebut diterapkan seiring dengan pengembangan industri hilir, agar sumber daya nikel bisa diolah di dalam negeri.
Nikel adalah masa depan Indonesia. Banyak pihak menyebut keberadaan industri nikel tidak hanya akan membuat pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh pesat di masa mendatang, tetapi juga membuat perekonomian daerah di lokasi pertambangan nikel berada juga bisa berkembang pesat.
Presiden Joko Widodo bahkan mengungkapkan keberadaan Weda Bay Industrial Park (IWIP) atau kawasan industri nikel terbesar di Indonesia yang terletak di Weda, Maluku Utara, membuat pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut sangat pesat mencapai 27 persen.
Sayangnya, langkah Indonesia untuk menjadikan komoditas nikel memberikan nilai tambah yang besar bagi perekonomian nasional dihadang oleh Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).