REPUBLIKA.CO.ID, MESAIEED -- Shaheen berbaring di atas pasir dan menutup matanya, tetapi hanya ada sedikit waktu istirahat untuk unta. Penggemar Piala Dunia berbondong-bondong datang ke padang pasir di luar Doha bersiap untuk menunggang unta di bukit pasir yang bergulung.
Saat Qatar menyambut lebih dari satu juta penggemar untuk Piala Dunia selama sebulan, unta pun harus bekerja lembur. Pengunjung dalam jumlah yang belum pernah dilihat oleh emirat kecil ini bergegas memberikan pengalaman beragam bagi wisatawan, mulai dari menunggang unta, berfoto dengan elang, dan berkeliaran di gang-gang pasar tradisional.
Seperti budaya Teluk lainnya, unta pernah pernah menjadi transportasi penting bagi warga Qatar dan membantu dalam eksplorasi dan pengembangan rute perdagangan. Saat ini, hewan ini menjadi hiburan budaya.
Pada pekan lalu, ratusan pengunjung berseragam sepak bola atau membawa bendera salah satu negara yang berpartisipasi menunggu giliran menunggangi hewan bungkuk itu. Unta yang tidak dapat berdiri haris dipaksa naik oleh pawangnya.
Ketika seekor unta mengeluarkan erangan keras, seorang perempuan dari Australia berteriak, “sepertinya mereka dilukai!”. Di dekatnya, sekelompok pria dari Meksiko yang mengenakan thobes Qatar putih dan hiasan kepala berswafoto.
“Sungguh perasaan yang luar biasa karena Anda merasa sangat tinggi,” kata Juan Gaul yang berusia 28 tahun setelah perjalanannya menunggang untan. Penggemar tim Argentina itu mengunjungi Qatar selama seminggu dari Australia.
Memanfaatkan peluang kemeriahan acara olahraga dunia itu adalah para pawang hewan yang bisa menghasilkan beberapa kali lebih banyak dari biasanya. “Ada banyak uang yang masuk,” kata penggembala unta Badui berusia 49 tahun dari Sudan bernama Ali Jaber al Ali.
"Terima kasih Tuhan, tapi ini banyak tekanan," ujarnya.