REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, Sp.PD-KHOM,FINASIM, FACP, mengatakan, kebanyakan kasus pada pasien kanker usus besar atau kolorektal datang ke dokter dalam stadium lanjut atau kondisi terlambat. "Masalahnya bahwa banyak datang terlambat. Sebanyak 70 persen dari pasien-pasien kami itu datang dalam stadium tiga dan empat, dan tentunya harapan hidupnya turun," kata Aru dalam webinar 'Waspada Kanker Usus Besar' yang diikuti secara virtual di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Menurut catatan Aru, kanker usus besar menempati nomor dua terbanyak di antara sejumlah jenis kanker lain yang terjadi pada kasus pasien di Rumah Sakit Medistra. Dia menyebutkan, sebanyak 34 persen dari mereka datang ke dokter dalam keadaan kanker yang sudah menyebar ke organ lain atau metastatik.
"Pasien-pasien saya sendiri (di Rumah Sakit Medistra), 41 persen itu stadium empatnya sudah masuk ke level hati (menyebar ke organ hati). Dan kita lihat bagaimana ini akan amat memperpendek harapan hidup," ujar Aru.
Data dari Globocan 2020 menunjukkan bahwa terdapat hampir 12 persen kejadian baru kanker usus besar pada laki-laki dan hampir 6 persen kejadian baru kanker usus besar pada perempuan di Indonesia. Merujuk pada data dari Kementerian Kesehatan, Aru menyebutkan, kasus kanker usus besar menempati nomor dua tertinggi pada laki-laki dan nomor tiga pada perempuan.
Aru menjelaskan bahwa kanker usus besar sebetulnya tidak terjadi secara serta-merta begitu saja. Kanker terjadi akibat tereksposnya sel-sel ke bahan-bahan karsinogen dalam kurun waktu yang cukup lama atau terjadi mutasi beberapa kali hingga menjadi sel ganas.
"Kanker itu membutuhkan waktu. (Kanker) colon atau usus besar itu, dari mulai sel normal sampai menjadi sel kanker membutuhkan antara 5-20 tahun. Kalau dia mulainya dari adenoma atau polip, 5-15 tahun. Cukup lama sebetulnya," kata dia.
Aru menekankan apabila dapat dideteksi pada stadium awal, maka rata-rata kesintasan 5 tahun (five years survival rate) kanker usus besar dapat mencapai 74 persen. Sebaliknya, apabila ditemukan dalam kondisi terlambat, maka kesintasan 5 tahun menjadi turun sebesar 6 persen.
Kanker usus besar yang ditemukan pada stadium lanjut akan menghadapi kesulitan dalam terapi. Hal tersebut, kata Aru, terjadi karena sel prakanker semakin lama dapat berisi beragam sel-sel kanker atau heterogenitas sehingga obat-obatan tertentu tidak mampu mengenai seluruh populasi sel kanker yang ada. Obat-obatan yang dibutuhkan pun akan semakin banyak dan biaya terapi menjadi semakin mahal.
"Ini menyebabkan pengobatannya menjadi sulit karena populasinya (sel kanker) menjadi beragam sehingga obat-obatan seperti kemoterapi dan sebagainya tidak bisa mengenai semua populasi yang ada," ujar dia.
Aru mengingatkan bahwa sel kanker yang ditemukan dalam stadium dini memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, dia menekankan pentingnya agar masyarakat melakukan deteksi dini dengan cara skrining atau pemeriksaan dini melalui fasilitas pelayanan kesehatan.
Apabila kanker usus besar telah memasuki stadium empat dan berkembang ke banyak organ dan jaringan yang jauh, Aru mengatakan bahwa pembedahan mungkin tidak membantu memperpanjang umur seseorang. Pilihan pengobatan lain dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan dapat menghasilkan gejala tambahan yang membuat kualitas hidup seseorang menjadi lebih buruk sehingga perawatan paliatif dapat dijadikan alternatif.