Kamis 08 Dec 2022 22:46 WIB

Dokter Anak: Susu Formula tidak Boleh Dicampur ASI Ibu Pasien HIV

Pencampuran susu formula dan ASI berisiko timbulkan transmisi vertikal.

Pencampuran susu formula dan ASI berisiko timbulkan transmisi vertikal.
Foto: Safebee
Pencampuran susu formula dan ASI berisiko timbulkan transmisi vertikal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Satuan Tugas (Satgas) HIV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Rizqi Amalia, Sp.A, mengimbau untuk tidak mencampur susu formula dan ASI dari ibu pasien HIV karena akan meningkatkan risiko transmisi vertikal atau penularan dari ibu ke bayi. "Nutrisi pada bayi itu ada ASI dan susu formula. Yang tidak boleh diberikan adalah mencampur susu formula dan ASI karena itu sangat amat meningkatkan risiko transmisi vertikal," kata Rizqi dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Menurutnya, saat bayi diberikan susu formula, maka efek samping yang paling sering terjadi adalah infeksi karena kurang bersih saat menyiapkannya dan kemungkinan alergi terhadap susu sapi. Baik infeksi maupun alergi, kata Rizqi, akan menyebabkan peradangan pada usus sehingga pertahanan usus menjadi terganggu.

Baca Juga

Ia melanjutkan, ketika anak diberikan ASI yang mengandung virus HIV saat pertahanan ususnya terganggu, maka penularan akan sangat mungkin terjadi. Pilihan pemberian nutrisi pada bayi hanya ada dua, yaitu susu formula saja atau ASI saja.

"Kalau susu formula, tenaga kesehatan harus menjelaskan kepada ibu tentang apa saja kelebihan atau kekurangan pemberian nutrisi tersebut. Untuk susu formula kelebihannya tentu risiko penularannya nol," ujarnya.

Sedangkan ASI, meskipun merupakan nutrisi terbaik untuk bayi, tapi dalam hal ini ibu harus mempertimbangkan kemungkinan penularan HIV meskipun sudah meminum obat antiretroviral (ARV). Sebab, dalam beberapa penelitian, meskipun ibu sudah meminum ARV dan virus HIV sudah tidak terdeteksi dalam darah, tetap ada kemungkinan bahwa HIV bisa menular melalui ASI, meskipun jumlah kasus dalam hal ini terbilang sedikit.

"ASItetap bisa menularkan karena tetap ada virusnya dan kita tidak lazim melakukan pemeriksaan kadar virus di dalam ASI," katanya.

"Untuk itu, harus konseling dengan baik, karena (anaknya) akan seumur hidup minum obat kalau tertular. Tentu harus dipikirkan matang-matang sebelum ibu dan keluarganya mengambil keputusan," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement