Rabu 01 Feb 2023 17:05 WIB

Atlet Berisiko Gegar Otak Berulang, Risiko Apa yang Menghantui?

Cedera kepala adalah faktor risiko utama untuk masalah otak di kemudian hari.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Pemain sepakbola beradu kepala. Gegar otak rentan terjadi pada atlet sepakbola maupun American football.
Foto: Antara
Pemain sepakbola beradu kepala. Gegar otak rentan terjadi pada atlet sepakbola maupun American football.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Belum lama ini, quarterback tim American football Miami Dolphins Tua Tagovailo mengalami dua cedera kepala dalam empat hari. Insiden tersebut mendorong perubahan pada protokol keamanan National Football League (NFL).

Orang dalam sebelumnya mengungkapkan, Tagovailo telah melaporkan masalah berkelanjutan dengan kesehatan otak yang berpotensi terkait dengan ensefalopati traumatis kronis (CTE). CTE merupakan penurunan kognitif yang semakin memburuk setelah cedera kepala berulang.

Baca Juga

Dilansir Insider, Rabu (1/2/2023), cedera kepala adalah faktor risiko utama untuk masalah otak di kemudian hari. Penelitian baru menunjukkan bahkan kerusakan kecil dapat menumpuk seiring waktu.

Menurut peneliti Inggris Raya (UK), satu kali gegar otak derajat sedang hingga berat atau beberapa kali gegar otak ringan dapat menyebabkan masalah ingatan dan perhatian yang bertahan lama di kemudian hari. Setiap cedera berikutnya dapat memperburuk gejala.

Tim peneliti dari University of Oxford, University of Exeter, dan Kings College London melihat data dari lebih dari 15 ribu penduduk Inggris Raya antara usia 50 hingga 90 tahun. Tim peneliti membandingkan riwayat cedera kepala seumur hidup penduduk tersebut dengan perubahan fungsi kognitif mereka dari waktu ke waktu.

Temuan mereka, yang diterbitkan 27 Januari di Journal of Neurotrauma, menunjukkan bahwa tiga gegar otak ringan terkait dengan rentang perhatian yang lebih buruk dan kemampuan memecahkan masalah. Orang yang mengalami empat atau lebih gegar otak dikaitkan dengan masalah memori dan kecepatan pemrosesan yang lebih lambat.

Bagaimana kalau gegar otak sedang atau berat berulang? Orang yang mengalaminya juga memiliki masalah dengan rentang perhatian, pemecahan masalah, dan pemrosesan informasi.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ࣖ
Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Karun) itu berkata, “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”

(QS. Al-Qasas ayat 82)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement