REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabates melitus (DM) bisa menyerang anak-anak. Risiko yang lebih besar ada pada bayi yang lahir dengan berat badan tidak ideal.
"Bayi berat lahirnya lebih dari empat kilogram dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yakni di bawah 2,5 kilogram berisiko diabetes," kata Prof dr Aman Bhakti Pulungan SpA, dalam webinar, Rabu (8/2/2023).
Risiko itu muncul apabila bayi-bayi tersebut kemudian tumbuh menjadi anak obesitas. Jika tidak obesitas, maka risiko diabetesnya akan berkurang.
Prof Aman mengatakan masih banyak orang tua yang belum menyadari bahwa gaya hidup yang tidak sehat bisa sangat merugikan, termasuk menimbulkan diabetes. Ketika orang tua mengalami kegemukan, biasanya itu juga akan menurun pada anak.
"Terkadang, orang suka salah ngejar berat badan, padahal yang penting cukup. Anak-anak pendek, kurang gizi, juga ada beran badan terlalu banyak sampai obesitas sehingga juga berisiko diabetes," kata Prof Aman yang merupakan pakar endokrinologi anak.
Gaya hidup tidak sehat yang sering kali tidak disadari, termasuk dari kebanyakan minuman manis setiap hari. Untuk diabetes tipe 2, faktor risikonya bisa karena anak makan tinggi gula, malas bergerak, dan kegemukan atau obesitas.
Prof Aman menjelaskan diabetes tipe 2 bisa dicegah, tidak seperti diabetes tipe 1. Untuk mencegahnya, periksa secara berkala berat badan anak, salah satunya bisa di aplikasi Primaku.
"Harus keseluruhan kalau mencegah diabetes tipe 2," ungkap Prof Aman.
Anak tidak boleh mengonsumsi makanan manis di luar anjuran maksimal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Anak di atas dua tahun tidak disarankan mengonsumsi gula lebih dari 25 gram atau sekitar enam sendok teh per hari.
Perbanyak buah dan sayur dalam makanan sehari-hari. Lalu, hindari gaya hidup sedenter, seperti duduk lebih dari dua jam.
"Latihan atau berolahraga juga paling penting, minimal satu jam setiap harinya," kata Prof Aman.