Kamis 25 May 2023 09:38 WIB

Jokowi, Pilih Jadi Petugas Partai atau King Maker?

Presiden Jokowi belum menyatakan sikap dukungannya terhadap salah satu capres.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dihadapkan pada pilihan menjadi king maker pilpres atau petugas partai di pilpres. Foto ilustrasi Jokowi dan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dihadapkan pada pilihan menjadi king maker pilpres atau petugas partai di pilpres. Foto ilustrasi Jokowi dan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

REPUBLIKA.CO.ID -- Pertarungan politik jelang Pemilihan Presiden 2024 semakin menghangat. Setidaknya sudah ada tiga kubu terpetakan. Pertama adalah Ganjar Pranowo yang didukung oleh PDI Perjuangan.

Kedua, yakni Prabowo Subianto yang diusung oleh Gerindra dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Ketiga adalah kubu mantan gubernur DKI, Anies Baswedan, yang didorong oleh Nasdem bersama partai dalam Koalisi Perubahan.

Sampai tulisan ini dibuat, posisi dukungan sejumlah partai masih bisa berubah. Seperti Partai Golkar yang sebelumnya dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bisa saja pindah haluan gabung gerbong Prabowo. Sinyal itu pun sudah terasa jelas dalam pertemuan beberapa waktu terakhir, baik dengan PKB maupun Gerindra. 

Apalagi, PPP yang juga masuk dalam gerbong KIB, kini sudah memutuskan berkoalisi dengan PDIP mendukung Ganjar. Alhasil, KIB terancam pecah kongsi.

Nah, yang menarik sebenarnya adalah ke arah mana Jokowi akan memberikan dukungan. Apakah ia hanya akan berdiri sebagai petugas partai atau benar-benar menjadi king maker?

Jika sebagai 'petugas partai', Jokowi akan manut dengan keputusan partai yang dinakhodai oleh Megawati Soekarnoputri. Jokowi akan sekuat tenaga mendorong agar Ganjar bisa ke 'kursi nomor 1'.

Sebaliknya, jika memilih menjadi 'king maker', ia akan mengambil risiko apa pun untuk mengegolkan calonnya, meski bila nanti harus berseberangan dengan Megawati.

Sampai saat ini, Jokowi belum mengumumkan secara resmi siapa jago utamanya. Bahkan, meski sempat memberikan pujian dan satu pesawat dengan Ganjar selepas deklarasi capres PDIP, belum ada satu pun kata yang ditegaskan bahwa ia mendukung gubernur Jawa Tengah itu.

Saat pertemuan Musyawarah Rakyat (Musra) yang dihadiri para relawan Jokowi pada pertengahan Mei lalu, Presiden hanya memberikan kisi-kisi pemimpin ke depan, tanpa menyebut nama. Kisi-kisi itu seperti harus bersama rakyat, tidak elitis, serta berani dalam mengambil keputusan.

Sikap Presiden Jokowi masih sangat bersayap. Gerindra, misalnya, menyebut arah dari kriteria yang diberikan Jokowi lebih pas ditujukan buat Prabowo yang saat ini menjabat menteri pertahanan. Prabowo dianggap sebagai sosok pemberani dalam mengambil keputusan dan dekat dengan rakyat. 

Sementara di kubu Ganjar menilai bahwa sosok yang merakyat seperti disebut Presiden adalah kandidat mereka. Ganjar juga lebih mendapat dukungan tersirat dari mulai satu mobil bareng, satu pesawat, hingga beberapa kali diajak Presiden ikut dalam kunjungan kerja. 

Menurut catatan penulis, ada sejumlah alasan Presiden belum mengambil, bahkan mungkin bersikap mengambang, dan hanya memberi pengecualian ke Anies sampai persaingan pilpres mendatang.

Pertama, Presiden Joko Widodo masih dibayang-bayang Megawati Soekarnoputri. Jika dia memberikan dukungan di luar Ganjar, artinya ini akan memicu konflik terbuka dengan.....

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement