Senin 27 Nov 2023 19:29 WIB

Tantangan Kelompok Islam di Era Disrupsi Teknologi

Kelompok Islam harus memperkuat persatuan dan kebersamaan.

Aksi umat Islam 212 yang damai.
Foto: Republika
Aksi umat Islam 212 yang damai.

Oleh : Rahma Hanim Azzahra*

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Aksi Bela Islam 212 di Jakarta pada tahun (2022) menjadi sorotan utama dalam perdebatan mengenai Islam di Indonesia. Studi kasus ini memberikan pandangan menarik terkait dengan dua aliran pemikiran dominan: Islam modernis dan Islam moderat.

Islam modernis cenderung memiliki pendekatan yang lebih terbuka terhadap interpretasi ulang terhadap ajaran Islam dengan mempertimbangkan konteks modern. Sedangkan, penganut Islam moderat cenderung mengambil sikap tengah dalam banyak hal, menghindari ekstremisme dan radikalisme. Dalam konteks ini, mari kita eksplorasi perbedaan dan kesamaan antara dua aliran pemikiran ini, serta bagaimana aksi tersebut mencerminkan tantangan dan peluang bagi masyarakat Indonesia. 

Baca Juga

Aksi ini menjadi sorotan nasional dan internasional, menciptakan ruang diskusi yang kompleks mengenai perbedaan pandangan dan pemahaman Islam di Indonesia. Dalam konteks aksi tersebut, kita dapat melihat bagaimana pendekatan Islam modernis merespons perubahan zaman dengan sikap terbuka. Selain itu, Islam moderat telah memegang peran sentral dalam menanggapi kekuatan ekstremisme dan menawarkan alternatif yang seimbang. Sebagai studi kasus, mari kita tinjau bagaimana Islam moderat berada di tengah-tengah peristiwa ini, berusaha menjaga keseimbangan dalam menghadapi ketegangan dan polarisasi. 

Merespons perubahan dengan keterbukaan

Islam modernis dalam konteks aksi Bela Islam 212 dapat ditemukan dalam suara-suara yang mencoba merespons perubahan zaman dengan sikap terbuka terhadap interpretasi Islam. Beberapa kelompok dan individu dalam aksi tersebut mungkin menyerukan untuk menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat modern, tetapi seringkali dengan mempertahankan identitas keagamaan yang kuat.

Tokoh-tokoh yang mewakili pandangan Islam modernis mungkin telah mencoba membawa isu-isu kontemporer ke dalam wacana keagamaan, menunjukkan bahwa Islam tidak harus bertentangan dengan tuntutan kemajuan zaman. Dalam hal ini, aksi tersebut mencerminkan usaha untuk mengartikulasikan nilai-nilai Islam dalam konteks modern. 

Pelajaran dari konteks ini adalah suara-suara yang mewakili Islam modernis dapat ditemukan dalam upaya untuk membawa ajaran Islam ke dalam wacana yang lebih luas, mempertimbangkan isu-isu kontemporer dan mencari solusi yang sesuai dengan semangat toleransi dan inklusivitas. 

Mempersempit ruang ekstremisme

Sisi lain dari kasus ini, kelompok yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Islam moderat dalam aksi Bela Islam 212 mungkin berusaha menjaga keseimbangan dan menghindari ekstremisme. Mereka mungkin menyerukan dialog, toleransi, dan kerjasama antaragama sebagai cara untuk menanggapi isu-isu sosial dan politik yang kompleks. 

Kelompok-kelompok moderat dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan suasana yang damai dan memfasilitasi dialog antara pihak yang berbeda. Dalam konteks aksi tersebut, mereka mungkin mencoba menjembatani divisi dalam masyarakat, menekankan pentingnya persatuan di tengah perbedaan. 

Membangun Pemahaman Bersama

Aksi Bela Islam 212 menggambarkan tantangan besar dalam memahami dan menyatukan pemahaman Islam yang beragam di Indonesia. Tantangan tersebut mencakup kesenjangan pemahaman antara kelompok modernis dan moderat, serta risiko radikalisasi dan polarisasi yang dapat muncul. 

Namun, di tengah tantangan tersebut, aksi tersebut juga membuka peluang untuk membangun pemahaman bersama. Diskusi terbuka antara kelompok-kelompok berbeda dapat membantu menyamakan persepsi dan mengidentifikasi nilai-nilai bersama. Pemahaman yang lebih mendalam tentang keragaman pemikiran Islam di Indonesia dapat mengarah pada upaya bersama untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. 

Perihal menggambarkan Islam modernis dan Islam moderat melalui studi kasus aksi Bela Islam 212, kita dihadapkan pada kompleksitas dan keragaman dalam masyarakat. Penting bagi kita semua untuk memahami bahwa keberagaman ini adalah kekayaan, dan dengan dialog yang terbuka dan keterbukaan terhadap perbedaan, kita dapat melampaui perbedaan menuju kesatuan yang lebih kokoh dalam bingkai kebhinekaan Indonesia.

*Mahasiswi Magister Studi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement