Selasa 28 Nov 2023 16:25 WIB

Penonton Konser Taylor Swift Meninggal karena Cuaca Panas, Ini Penjelasan Penelitian

Panas ekstrem bisa tingkatkan risiko gagal jantung dan masalah kardiovaskular.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Seorang penonton konser Taylor Swift meninggal dunia karena panas ekstrem.
Foto: EPA-EFE/SARAH YENESEL
Seorang penonton konser Taylor Swift meninggal dunia karena panas ekstrem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertunjukan Taylor Swift di stadion terbuka di Rio de Janeiro pada Jumat lalu, seharusnya menjadi awal yang meriah untuk tur konser pertama sang bintang pop di Brazil. Namun, para penggemar di seluruh dunia dibuat terguncang setelah seorang penonton konser meninggal dunia akibat cuaca panas yang ekstrim beberapa menit sebelum konser Eras Tour dimulai.

Ana Clara Benevides Machado (23 tahun) melakukan perjalanan sejauh 1416 kilomer, dan mengantre di luar selama lebih dari delapan jam, bersama puluhan ribu penggemar lainnya. Hari itu, indeks panas di Rio melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa, yaitu 58 derajat Celcius. Akibatnya, lebih dari 1.000 orang pingsan karena kelelahan akibat panas di dalam tempat acara, dan yang lainnya muntah-muntah.

Baca Juga

Benevides kehilangan kesadaran hanya beberapa menit setelah konser di mulai, tepatnya saat Swift membawakan lagu 'Cruel Summer'. Ia kemudian diboyong ke rumah sakit terdekat, namun tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung.

Suhu panas ekstrem, seperti yang diungkap para ilmuwan, memang bisa meningkatkan risiko gagal jantung dan masalah kardiovaskular lainnya. Apalagi Time for Fun selaku promotor konser tersebut, melarang penonton membawa air minum meskipun cuaca panas, serta menutup ventilasi udara di dalam venue untuk mencegah orang-orang di luar mendengarkan. Kebijakan promotor itu telah memperparah dampak dari suhu panas ekstrem.

Karena insiden tersebut, Swift akhirnya menunda pertunjukan keduanya di Rio, yang semula dijadwalkan pada Sabtu, menjadi Senin malam, dengan alasan masalah keamanan karena suhu yang sangat tinggi. Melalui Instagram, ia juga mengaku sangat terpukul dengan kematian Benevides.

Bencana konser Swift terjadi setelah musim panas lalu, penonton konser Beyonce di Maryland dan konser Ed Sheeran di Pittsburgh mengalami sakit panas. Insiden-insiden ini menjadi pengingat akan bahaya panas yang ekstrem, yang akan semakin parah seiring dengan meningkatnya gelombang panas akibat perubahan iklim.

Namun, kejadian-kejadian tersebut juga menunjukkan bahwa kurangnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca panas dari pengelola acara, dapat berakibat fatal. Sebagian besar kematian dan penyakit yang berhubungan dengan panas, termasuk di konser dan acara besar lainnya, dapat dicegah.

Untuk menghindari insiden di masa depan, penyelenggara konser harus mengambil langkah-langkah proaktif guna merencanakan mitigasi akibat panas ektrem, menyediakan air dan perawatan medis di tempat acara, serta memastikan aliran udara dan ventilasi yang tepat

"Orang-orang datang ke acara-acara ini untuk bersenang-senang. Anda tidak akan pernah pergi ke salah satu acara ini dengan berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban penyelenggara acara untuk memastikan bahwa itu adalah lingkungan yang paling aman,” kata Kevin Kloesel, seorang profesor ilmu atmosfer di University of Oklahoma, seperti dilansir Grist, Selasa (28/11/2023).

Kloesel, yang mengawasi prakiraan cuaca dan keamanan untuk sekitar 400 acara outdoor tahunan di University of Oklahoma, mengatakan bahwa dalam menghadapi cuaca yang sangat panas, penyelenggara acara harus menyediakan tiga hal penting yaitu keteduhan, hidrasi, dan pergerakan udara. Sebagai contoh, memasang kanopi untuk menaungi antrean penonton konser di Rio adalah salah satu cara mudah untuk melindungi penonton dari panas ekstrim. Penyelenggara juga harus mencari cara untuk memberi ventilasi pada ruang acara, termasuk, kemungkinan, dengan mengurangi kapasitas kursi.

Morgan Zabow, koordinator informasi panas dan kesehatan masyarakat di kantor program iklim Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) menyatakan venue indoor harus menyediakan pendingin ruangan dan tidak hanya mengandalkan kipas angin listrik, yang dapat memperburuk kondisi yang menyengat karena menghembuskan udara panas lebih cepat.

“Penyelenggara acara juga harus mengirimkan saran kesehatan melalui pesan teks atau email jauh-jauh hari,” kata Zabow.

Pesan-pesan tersebut dapat mencakup prakiraan cuaca panas dan tips untuk tetap sejuk, seperti minum air putih secara teratur dan menghindari minuman manis, kafein, dan alkohol, yang dapat menghambat kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri. Mengenakan pakaian yang longgar dan berwarna terang adalah langkah pencegahan lain yang dapat direkomendasikan.

Individu juga dapat mengambil langkah-langkah untuk tetap aman. Keith mencatat bahwa panas dapat mempengaruhi siapa saja, termasuk anak muda dan mereka yang dalam kondisi sehat seperti yang ditunjukkan oleh konser Taylor Swift. Zabow menyarankan untuk menggunakan sistem pertemanan, di mana teman-teman saling mengawasi satu sama lain untuk mengetahui gejala-gejala kelelahan akibat panas, termasuk keringat berlebih, pusing, dan mual, untuk mendapat tindakan medis lebih lanjut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement