REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) secara resmi meluncurkan Peta Jalan Menuju Kota Nol Emisi Karbon Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC) saat Pertemuan para Pihak Ke-28 (COP28) Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB.
"Bagi kami di Indonesia ini menjadi momen bersejarah karena ini menjadi pertama kali kota di Indonesia memiliki RLDC, Regionally and Locally Determined Contribution," ujar Kepala OIKN Bambang Susantono dalam peluncuran di Paviliun ADB COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Ahad (3/12/2023).
OIKN, lanjut Bambang, dengan bangga mengumumkan Nusantara's Net Zero Emission Strategy, sebuah dokumen yang menunjukkan komitmen kota ini untuk ikut ambil bagian dalam upaya global mengakselerasi aksi iklim.
Dalam sambutannya, Bambang menekankan ibu kota baru Indonesia itu tidak hanya akan menjadi kota yang hijau tapi juga akan menjadi model untuk masa depan yang berkelanjutan.
Terlihat dari target ambisius untuk menjadi kota dengan nol emisi karbon (net zero emission), kondisi di mana karbon yang dihasilkan sama dengan kapasitas penyimpanan atau bahkan kurang dari itu.
Beberapa langkah yang akan dilakukan termasuk proses reforestasi secara masif, peremajaan dan menjaga ekologi di Nusantara. Salah satunya dengan mengkonversi 65 persen area Nusantara, yang mayoritas ditutupi tanaman monokultur, menjadi hutan tropis yang asri.
Sementara itu, di area urban akan memanfaatkan teknologi untuk memastikan manajemen sumber daya alam yang efisien sembari menerapkan inovasi solusi berbasis alam.
Contohnya menjadikan Nusantara sebagai kota spons, memastikan ketersediaan air, pengurangan bahaya banjir, serta pelestarian ekologi. Langkah itu sejalan dengan target Indonesia dalam pengurangan emisi sampai dengan 2060.
"Dalam kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Otoritas Ibu Kota Nusantara menyiapkan langkah kami untuk mentransformasi target ambisius kami menjadi aksi yang spesifik dan terukur," tegas Bambang.
Peta jalan Nusantara RLDC sendiri berfokus pada lima sektor yaitu kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU), energi, agrikultur, pengelolaan sampah dan industri.
Di dalamnya terdapat target pengurangan emisi menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045 dan target lebih ambisius tertuang dalam skenario kedua adalah emisi dapat dikurangi lebih jauh mencapai -1,6 MtCO2.