REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan Indonesia dapat menjadi carbon market hub karena memiliki potensi besar untuk pengembangan energi baru terbarukan.
"Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk pengembangan carbon capture, utiliziaton, and storage (CCUS)," ujar Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi Nurul Ichwan di Jakarta, Minggu.
Nurul mengatakan, Singapura memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap investasi pada sektor bisnis yang berkelanjutan. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa Singapura merupakan negara terdepan yang punya fokus terhadap investasi hijau di Asia Tenggara.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), potensi ekonomi perdagangan karbon mencapai Rp 350 triliun. Pasalnya, dengan luas hutan tropis mencapai 125,9 juta hektare, Indonesia mampu menyerap sekitar 113,18 gigaton karbon.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Edo Mahendra mengatakan bahwa keseriusan pemerintah dalam menggarap pasar karbon ini dimulai dengan menciptakan ekosistem domestik yang kuat, sehingga nantinya dapat terbentuk industri yang solid dari hulu hingga hilir.
“Jadi kita harus menciptakan ekosistem domestik dulu dengan regulasi yang kuat sehingga nantinya kita dapat menciptakan pasar. Setelah itu, baru kita bisa bicara soal kolaborasi di tingkat regional,” kata Edo.
Diketahui, Presiden RI Joko Widodo meresmikan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) pada 18 September 2023. Hal ini menjadi tonggak pencapaian Indonesia dalam mewujudkan komitmen dekarbonisasi Indonesia menuju net zero emission pada 2060.