REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen meningkatkan blue natural capital atau modal alam biru sebagai upaya melestarikan dan memulihkan kondisi ekosistem alam. Untuk menjalankan misi itu, Indonesia dan lima negara yang tergabung dalam Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF), bersinergi mengelola sumber daya alam laut secara berkelanjutan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo mengatakan, ekosistem laut yang berkelanjutan dan berketahanan menjadi landasan model ekonomi biru berkelanjutan.
"Ini merupakan momen yang tepat bagi negara-negara CTI-CFF untuk mempertimbangkan cara memanfaatkan peluang investasi dalam aset alam, dengan tujuan memposisikan diri sebagai inovator global dalam proyek dan perekonomian kelautan berkelanjutan," ujar Victor dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (12/6/2024).
Victor menjelaskan CTI-CFF merupakan kerja sama multilateral enam negara yang berfokus pada ketahanan pangan melalui pengelolaan sumber daya alam laut yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak perubahan iklim. Victor mengatakan kawasan segitiga karang (Coral Triangle) yang meliputi negara Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste merupakan harta karun global berupa keanekaragaman hayati laut.
"Wilayah ini merupakan rumah bagi beragam kehidupan laut, yang memberikan penghidupan bagi jutaan orang, kekayaan terumbu karang, hutan bakau dan wisata bahari eko-kultural yang berkelanjutan," ucap Victor.
Menurut Victor, strategi dan instrumen investasi keuangan untuk melestarikan dan membangun kembali modal alam biru sangat penting untuk memberikan insentif dan mendukung pengelolaan kelautan dan pesisir dalam perekonomian biru. Victor menyebut kondisi ekosistem terumbu karang, lamun dan bakau yang masih asli di kawasan segitiga karang mewakili modal alam biru yang melimpah di kawasan ini.
"Kemitraan multilateral merupakan alat penting dalam upaya Indonesia untuk melindungi ekosistem di kawasan segitiga karang dan memanfaatkan kekuatan modal alam biru untuk menjamin masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan bagi kawasan," kata Victor.
Special Envoy of Seychelles for ASEAN and Founder of Blue Institute Nico Barito menjelaskan pentingnya sinergi antara konservasi dan ekonomi masyarakat serta perlunya pelibatan dukungan pemerintah daerah dan masyarakat lokal dalam program tersebut. Nico menilai program ini juga berpotensi memberikan manfaat ekonomi bagi negara dan masyarakat.
"Instrumen investasi modal alam biru juga dapat dimanfaatkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk pengembangan nelayan dan masyarakat pesisir," kata Nico.