REPUBLIKA.CO.ID, MOMBASA -- Dengan pakaian pelindung dan bersenjatakan alat asap, Peter Nyongesa berjalan melewati hutan mangrove untuk memantau sarang lebahnya di sepanjang garis pantai Samudera Hindia. Pria berusia 69 tahun itu mengenang bagaimana ia sering memohon kepada para penebang untuk menyisakan mangrove atau hanya menebang mangrove yang sudah dewasa dan membiarkan yang masih muda tetap utuh.
"Tapi mereka akan menjawab pohon-pohon itu bukan milik siapa-siapa kecuali Tuhan," katanya, Ahad (14/7/2024).
Ia mengubah taktiknya untuk menghalangi para penebang dengan menyembunyikan lebah di hutan mangrove dan siap menyengat. Sarang-sarang lebah tersebut kini tersebar di beberapa bagian pesisir pantai di kota pelabuhan utama Kenya, Mombasa.
Langkah ini sebagai upaya untuk menghalangi orang-orang yang menebang mangrove untuk kayu bakar atau membangun rumah. Menggunakan lebah bagian dari inisiatif konservasi lokal.
"Ketika orang menyadari bahwa sesuatu bermanfaat bagi mereka, mereka tidak mempertimbangkan kerugian yang ditimbulkan," kata Nyongesa tentang para penebang.
Mangrove yang tumbuh subur di air asin, membantu mencegah erosi dan menyerap dampak dari peristiwa cuaca buruk seperti angin topan. Namun berdasarkan asesmen International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang dirilis pada Mei lalu, lebih dari separuh ekosistem mangrove di dunia terancam punah.
Mangrove terancam pembalakan liar, perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, polusi, dan pembangunan perkotaan. Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup Kenya pada tahun 2018, sekitar 40 persen hutan mangrove di sepanjang pesisir Samudera Hindia mengalami kerusakan.
Di wilayah Mombasa, diperkirakan hampir 50 persen dari total area mangrove atau 1.850 hektare mengalami kerusakan. Degradasi secara keseluruhan telah melambat di Kenya, yang pada tahun 2017 mengembangkan rencana 10 tahun untuk melakukan upaya konservasi masyarakat dalam mengelola hutan mangrove. Namun, upaya tersebut belum lengkap karena sumber daya yang tidak memadai. Oleh karena itu, masyarakat melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menyelematkan mangrove.
Peneliti di Lembaga Penelitian Kelautan dan Perikanan Kenya, James Kairo, mengatakan inisiatif seperti beternak lebah sangat membantu. Madu yang dihasilkan juga memberikan pemasukan bagi masyarakat.
"Madu mangrove juga tergolong berkualitas tinggi dan berkhasiat sebagai obat, hal ini bisa jadi karena lingkungan tempat mangrove tumbuh subur dan apa yang mereka serap dari sekitarnya," kata Kairo.
Kini, Nyongesa memiliki 11 sarang lebah dan memanen sekitar 8 liter atau 2 galon madu per sarang setiap tiga bulan. Setiap liternya menghasilkan 6 dolar AS, sumber pendapatan yang berharga baginya.
Ketika Nyongesa mulai beternak lebah 25 tahun yang lalu, ia tidak tahu apa-apa tentang ancaman terhadap mangrove atau bagaimana lebahnya dapat membantu. Ia mulai terlibat pada tahun 2019, ketika ia bergabung dengan kelompok konservasi lokal bernama Tulinde Mikoko, bahasa Swahili untuk Mari Lindungi Mangrove. Kelompok ini mengadopsi peternakan lebahnya sebagai inisiatif masyarakat untuk menanam mangrove bersama.
Para anggotanya juga berperan sebagai penjaga hutan mangrove dan mencoba menghentikan penebangan hutan. Kelompok ini menyembunyikan sarang lebah di cabang-cabang pohon mangrove sebagai penjaga senyap. Lebah-lebah tersebut dimaksudkan untuk menyerang para penebang.
"Kami menempatkan mereka di puncak di mana mereka tidak dapat dilihat dengan mudah," kata pendiri Tulinde Mikoko Bibiana Nanjilula.
Dengan demikian, ketika para penebang mulai menebang pohon, lebah-lebah itu akan menyerang karena kebisingan proses penebangan pohon. Kelompok ini berharap taktik ini berhasil, namun sulit untuk mengukur dampaknya di daerah-daerah yang relatif sulit diakses.
Lebah juga memainkan peran penting sebagai penyerbuk. Saat mereka mencari makan di antara bunga-bunga mangrove, mereka memindahkan serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya, memfasilitasi reproduksi tanaman.
"Semakin sehat hutan bakau, mungkin semakin produktif produksi madunya," kata manajer proyek untuk UNEP-Nairobi Convention Jared Bosire.
Ia mengatakan UNEP-Nairobi Convention mendorong integrasi mata pencaharian dengan konservasi. Kantor ini merupakan proyek dari Program Lingkungan PBB, yang berbasis di Nairobi.