Ahad 22 Jun 2025 09:52 WIB

Dua Putra Bali Satukan Kekuatan Dukung Bali Mandiri Energi

Kolaborasi ini bertujuan mempercepat pemanfaatan LNG.

Dari kanan ke kiri: I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Direktur Utama GTSI), Cokorda Adnyana (Direktur Utama Titis Sampurna)
Foto: Dok. Web
Dari kanan ke kiri: I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Direktur Utama GTSI), Cokorda Adnyana (Direktur Utama Titis Sampurna)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemadaman listrik yang melanda Bali pada awal Juni 2025 menjadi pengingat pentingnya ketahanan energi yang andal dan bersih bagi wilayah pariwisata unggulan Indonesia. Di tengah sorotan terhadap krisis ini, dua figur asal Bali, Ari Askhara dari PT GTS Internasional Tbk (“GTSI”) dan Cokorda Adnyana dari PT Titis Sampurna, mengambil langkah konkret melalui penandatanganan Nota Rencana Kolaborasi pengembangan infrastruktur LNG. Kolaborasi ini bertujuan mempercepat pemanfaatan LNG sebagai bagian dari solusi transisi energi di Tanah Air, sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan RPJMN 2025–2029.

“Kami melihat potensi LNG sangat strategis untuk menjawab kebutuhan energi nasional, termasuk di

Bali yang menghadapi tantangan pasokan listrik. Kerja sama ini adalah bagian dari komitmen GTSI

untuk memastikan akses energi yang lebih andal dan berkelanjutan,” ujar Ari Askhara, Direktur Utama GTSI.

Berdasarkan data yang ada konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Pembangkit Listrik di Bali menjadi salah satu yang terbesar secara nasional, sehingga penggunaan LNG sebagai substitusi solar sangat vital karena selain memperkuat ketahanan energi nasional dan juga akan signifikan menurunkan import BBM. Dari sisi lingkungan hidup penggunaan LNG dipastikan jauh lebih baik dibanding penggunaan BBM dari sisi emisi pembakarannya, penggunaan LNG adalah langkah strategis Bali menuju NZE (Nett Zero Emission) pada tahun 2040.

Dari sisi Titis Sampurna, kolaborasi ini diharapkan mampu menghadirkan pemanfaatan LNG yang lebih tepat sasaran dan selaras dengan dinamika kebutuhan energi nasional.

“Bali dan wilayah timur Indonesia memerlukan solusi energi yang tidak hanya bersih, tapi juga bisa diandalkan dalam jangka panjang. Pemanfaatan LNG adalah jembatan menuju sistem energi nasional yang lebih modern,” ungkap Cokorda Adnyana.

Data dari PLN menyebutkan bahwa beban puncak listrik di Bali telah mencapai 1.110 MW, sementara cadangan sistem sangat terbatas. Gangguan jaringan transmisi yang terjadi pada 4 Juni 2025 menyebabkan pemadaman di sejumlah titik vital seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar, berdampak langsung pada sektor pariwisata, rumah sakit, dan layanan publik.

Langkah strategis GTSI dan Titis Sampurna mencerminkan bagaimana kolaborasi swasta dapat mempercepat capaian target energi nasional. Dengan pengalaman GTSI sebagai penyedia jasa transportasi LNG dan rekam jejak Titis Sampurna dalam pengembangan solusi energi, kemitraan ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan energi terutama di wilayah Bali.

“Kami ingin Bali menjadi contoh bahwa transisi energi bukan sekadar wacana, melainkan bisa diwujudkan lewat kerja sama dan kepemimpinan lokal,” kata Ari.

Kolaborasi ini menegaskan bahwa anak bangsa, jika diberi ruang dan kepercayaan, mampu menghadirkan solusi konkret untuk tantangan energi Indonesia, termasuk menghindarkan Bali dari gelapnya masa depan tanpa energi bersih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement