Rabu 16 Jul 2025 19:37 WIB

Arkara Energi dan Jejakin Tanam 4.000 Mangrove, Pakai AI Pantau Pemulihan Pesisir

Pemanfaatan teknologi memudahkan pelacakan dampak ekologis.

Penanaman mangrove oleh Arkara Energi dan Jejakin di Teluk Lingga, Kutai Timur.
Foto: Arkara Energi
Penanaman mangrove oleh Arkara Energi dan Jejakin di Teluk Lingga, Kutai Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kawasan pesisir Teluk Lingga di Kutai Timur mulai memasuki fase pemulihan ekologis setelah mengalami degradasi akibat aktivitas manusia. Sebanyak 4.000 bibit mangrove jenis Rhizophora mucronata ditanam di lahan seluas 20 hektare pada pertengahan Juni dalam program rehabilitasi yang menggabungkan aksi lingkungan, partisipasi publik, dan teknologi pemantauan berbasis kecerdasan buatan (AI).

Program ini merupakan hasil kolaborasi antara PT Arkara Prathama Energi (Arkara Energi), Jejakin, dan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Kegiatan juga digelar dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup (5 Juni) dan Hari Laut Sedunia (8 Juni). Selain penanaman mangrove, dilakukan pula transplantasi 500 stek terumbu karang di perairan Teluk Lingga, bekerja sama dengan komunitas pelestari laut Forum Alien Mangrove.

Jejakin menyediakan sistem berbasis Internet of Things (IoT) yang terintegrasi dengan AI untuk memantau perkembangan tanaman secara berkala. Teknologi ini memungkinkan pelacakan lokasi tanam, tingkat pertumbuhan, serta estimasi kontribusi mangrove terhadap penyerapan karbon dan pemulihan ekosistem.

Wakil Bupati Kutai Timur, Mahyunadi, menyambut positif kolaborasi ini dan mendorong lebih banyak perusahaan untuk terlibat dalam upaya pemulihan lingkungan di daerah.

“Penanaman mangrove adalah bentuk tanggung jawab lingkungan. Kami berharap lebih banyak perusahaan mengambil peran serupa dalam mendukung penghijauan di seluruh wilayah Kutai Timur,” ujarnya.

Direktur Utama Arkara Energi, Ivan Victor Salim, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan ketahanan iklim.

“Ekosistem pesisir adalah garis pertahanan terakhir kita terhadap krisis iklim. Mangrove merupakan benteng alami yang harus kita jaga dan pulihkan bersama. Kami berharap langkah ini menjadi pemantik gerakan lingkungan yang lebih luas dan berkelanjutan,” kata Ivan.

Perwakilan Jejakin, Dewi Bintang, menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi memudahkan pelacakan dampak ekologis secara nyata.

“Melalui teknologi pemantauan yang kami kembangkan, setiap pohon dapat dilacak mulai dari lokasi tanam, perkembangan, hingga dampak ekologisnya. Pendekatan ini memungkinkan kita menilai keberhasilan bukan hanya dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi juga dari kontribusinya terhadap pemulihan lingkungan pesisir,” ujarnya.

Ketua panitia kegiatan, Eko Sugiarto, mengatakan program ini membawa misi edukatif dan pemberdayaan masyarakat. “Penanaman mangrove ini bertujuan untuk mencegah abrasi pantai, meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat, mendukung penyerapan karbon, serta mitigasi perubahan iklim,” ucapnya.

Sebagai bagian dari kegiatan sosial yang mendampingi program lingkungan ini, penyelenggara juga membagikan Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak sekolah di sekitar lokasi kegiatan. Inisiatif ini diharapkan memperkuat keterlibatan komunitas lokal dalam membangun masa depan pesisir yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement