Senin 14 Jun 2010 00:05 WIB

Dokter AS Diduga Membantu Penyiksaan Tahanan CIA

Red: irf
ilustrasi
Foto: deutsche welle
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Laporan yang dikeluarkan organisasi Dokter Untuk Hak Asasi Manusia mengungkapkan peran para dokter dalam pengembangan metode interogasi yang dilakukan di penjara-penjara CIA. Salah seorang penyusun laporan itu, Nathaniel Raymond, menyatakan dengan tegas, "Kami punya bukti-bukti bahwa terhadap tahanan di penjara CIA dilakukan berbagai eksperimen."

Ini adalah tuduhan berat kepada Dinas Rahasia AS, CIA. Karena eksperimen pada tahanan secara tegas dilarang sejak Perang Dunia II. Konvensi Jenewa menyebutkan dengan jelas: tidak dilakukan eksperimen dengan manusia. Organisasi Dokter Untuk HAM menuduh para dokter CIA melakukan eksperimen dengan para tersangka teroris. Dokter-dokter itu hadir selama interogasi dan dengan teliti membuat catatan tentang metode penyiksaan.

Psikolog Stephen Soldz, yang ikut menyusun laporan tentang peran dokter itu menerangkan, "Mereka mengumpulkan berbagai data, tapi bukan demi kesehatan seseorang, melainkan untuk menyesuaikan metode interogasi dan kemungkinan besar untuk menjamin tidak terjadi pengusutan legal."

Para penyusun laporan ini bekerja selama dua tahun dan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber. Mereka mengevaluasi dokumen-dokumen dari berbagai instansi resmi selama masa pemerintahan Bush. Menurut temuan mereka, CIA meminta para dokter yang mengawasi interogasi untuk mencatat berbagai hal. Misalnya pada penyiksaan waterboarding, metode penyiksaan yang membuat tahanan takut dan panik karena merasa sedang tenggelam. Para dokter diminta mencatat berapa volume air yang digunakan, berapa banyak air tertumpah ke samping, berapa banyak air masuk ke mulut dan hidung tahanan, bagaimana reaksi tahanan tersebut, dan lain sebagainya.