REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cemerlang pada perdagangan Rabu (21/7), di atas level 3.000. Di mana IHSG menguat 17,96 poin atau 0,60 persen ke 3.013,4.Begitu juga dengan LQ45 naik 3,18 poin ke 583,97 dan Jakarta Islamic Index (JII) naik 1,55 poin ke 473,39.
Nilai transaksi tercatat sebanyak Rp 3,45 triliun dengan volume sebanyak 5,39 miliar lembar saham. Sebanyak 132 saham menguat, 71 saham melemah, dan 74 saham stagnan.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Ito Warsito menuturkan, rekor baru IHSG itu merupakan cerminan investor saham bahwa ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh tinggi dan stabil. "Diharapkan dengan semakin cerahnya pasar modal dalam negeri, makin banyak perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di BEI," tuturnya kepada Republika,di Jakarta Rabu (21/7).
Sementara itu, menurut analis pasar modal, Felix Sindhunata, Penutupan indeks dow jones semalam memberikan sentimen positif untuk bursa saham regional sehingga IHSG pun mencapai level 3.000. "Bursa saham Asia merespon positif bursa saham Amerika yang positif sehingga IHSG tembus 3.000. Selain itu, tren IHSG cenderung ke atas 3.000," paparnya
Dia menambahkan, IHSG tembus 3.000 juga dipicu oleh capital inflow yang terus masuk ke Indonesia. Menurutnya, pelaku pasar tidak mempunyai alternatif investasi yang menarik karena ekonomi Amerika Serikat dan Eropa yang melambat. "Pelaku pasar cenderung mencari negara-negara yang mempunyai fundamental bagus sehingga capital inflow terus masuk ke emerging market termasuk Indonesia," tuturnya.
Pendapat berbeda dinyatakan, Vice President Riset dan Analis Valbury Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan, tembusnya IHSG di level 3000 lebih ditopang oleh sentimen luar negeri karena bursa-bursa di regional bergerak positif terutama di Amerika Serikat, Eropa dan Cina.
Menurut Nico, IHSG yang sekarang berada di kisaran 3000 tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang, pasalnya ada dua faktor yang mendasari argumen itu. Pertama, sambung dia, saham-saham blue chip di pasar modal saat ini memiliki valuasi yang relatif mahal, di mana nilai Price Earning Ratio-nya (PER) telah mencapai 15-18 kali lipat. Sedangkan faktor lain, sambung dia, yaitu adanya prediksi terjadinya pelambatan ekonomi global di semester ke II. "Pelambatan itu masih terlihat di Eropa, AS dan Cina," pungkasnya.
Dia memperkirakan, di Semester II 2010, pendapatan perseroan banyak yang mengalami koreksi karena terjadinya pelambatan ekonomi global itu.Indeks Asia pun terpantau masih bergerak fluktuatif, di mana Hang Seng naik 184,58 ke 20.449,17, indeks Nikkei anjlok 21,63 ke 9.278,83, serta indeks Strait Times merosot 22,52 poin ke 2.926.
Selain bursa Asia yang bergerak fluktuatif, sektor dalam seperti sektor tambang tampak menguat tertinggi sebanyak 27,35 poin, sektor konsumsi menguat 4,02 poin, serta sektor keuangan menguat 1,83 poin. Hanya sektor perkebunan yang melemah 9,15 poin.