Kamis 02 Sep 2010 02:39 WIB

Pascapenarikan Pasukan AS, Irak Yakin Bisa Jaga Keamanan Sendiri

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: Siwi Tri Puji B
Polisi Irak berjaga-jaga di pusat kota baghdad
Foto: AP
Polisi Irak berjaga-jaga di pusat kota baghdad

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak, Nouri al Maliki, berupaya meyakinkan rakyatnya bahwa mereka bisa menjaga keamanan mereka sendiri. Al Maliki berbicara sebelum pidato Presiden Barack Obama Gedung Putih untuk resmi menarik pasukan tempur. "Melalui penerapan perjanjian penarikan pasukan, hubungan kami dengan Amerika Serikat telah memasuki tahap baru antara dua negara yang sama-sama berdaulat," katanya.

Setelah tujuh tahun satuan tempur Amerika Serikat melakukan penyerbuan ke Irak, hari ini (Selasa 31/8) secara resmi tugas tentara AS di Irak berakhir. Presiden AS Barack Obama menetapkan 31 Agustus sebagai tanggal penarikan tentara AS dari Irak. Namun sekitar 50 ribu prajurit masih ditempatkan di Irak. Tentara itu akan memberikan pendidikan dan pelatihan serta konsultasi bagi militer Irak.

Hingga akhir tahun 2011 semua prajurit AS akan meninggalkan Irak. Sebanyak 50 ribu tentara yang tersisa akan difokuskan pada pelatihan dan membantu militer Irak, dan tidak akan lagi diizinkan untuk pergi pada misi perang kecuali diminta dan didampingi oleh pasukan Irak.

Wakil Presiden Joe Biden yang memimpin transisi peran Amerika di Irak, menggelar pertemuan putaran dengan para pemimpin politik dan mendorong mereka untuk keluar dari kebuntuan politik. Biden pun menyatakan Irak lebih aman dari sebelumnya.

Biden memulai harinya di Irak mengunjungi kantor Al Maliki di Zona Hijau yang dikelilingi benteng. Ini adalah pertemuan pertama dari lima pertemuan dengan para pemimpin politik. AS berupaya menekan mereka untuk membuat perjanjian pembagian kekuasaan yang akan memungkinkan pembentukan pemerintahan baru.

Ia menolak untuk memberikan rincian mengenai diskusi tertutup itu hanya mengatakan pertemuan telah berjalan dengan baik. Di Washington, Menteri Pertahanan AS Robert Gates memperingatkan mengenai kelumpuhan politik dan kelanjutan kekerasan sektarian di Irak.

Biden menganggap upaya ekstrimis menghasut rakyat dengan kekerasan tidak memiliki prospek yang baik di Irak, ia pun tidak melihat kekerasan di Irak akan meluas. "Meskipun media nasional di Irak mengatakan mengenai kekerasan yang meningkat, sebenarnya sangat jauh berbeda, kondisinya jauh lebih aman," kata Biden pada Al Maliki pada awal pertemuan 90 menit mereka.

Tapi sepanjang hari, rombongan Biden harus tiga kali menghadapi ancaman roket dan mortir. Tidak terdapat korban pada percobaan serangan itu. Namun demikian, hal ini merupakan peringatan bahaya jelas, bahwa orang-orang yang menentang invasi Amerika 2003 kini tak udah mengahdapi para tentara AS itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement