REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perubahan iklim global yang ditandai dengan fenomena La Nina, memberikan ancaman terhadap produksi padi nasional. La Nina yang menyebabkan hujan berkepanjangan di wilayah Indonesia, membuat pertumbuhan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jenis Wereng Batang Coklat tumbuh subur di lahan-lahan persawahan.
Serangan wereng terus merebak setiap bulannya. Petani pun mengaku sudah kewalahan mengatasi hama wereng yang merusak tanaman padi mereka. "Banyak petani dipusingkan dengan serangan wereng, kita kewalahan, sementara pemerintah sepertinya kurang tanggap," ujar Ketua Umum Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia, Winarno Thohir, kepada Republika, Jumat (8/10).
Menurut Winarno, serangan wereng tahun ini merupakan yang terhebat sejak dua dekade terakhir. Indonesia pernah mengalami serangan wereng dahsyat pada tahun 1980-an yang memporak-porandakan sawah-sawah di sentra produksi padi.
Namun kala itu, lanjut Winarno, pemerintah bersikap sigap dengan melakukan pemusnahan wereng besar-besaran dengan menggunakan payung hukum instruksi presiden. Segenap pemangku kewenangan pertanian bahu-membahu memusnahkan wereng dengan cara pembakaran dan penyemprotan insektisida melalui udara.
Berbeda halnya dengan serangan terdahlu, Winarno melanjutkan, saat ini pemerintah terkesan menggampangkan dan tak terlalu merisaukan serangan wereng. Pemerintah beralasan serangan hanya terjadi di spot-spot tertentu dan belum sampai pada tingkat mengganggu produksi padi nasional.
"Lebih parah lagi, bantuan yang dijanjikan pemerintah bagi petani yang sawahnya puso akibat wereng, seringkali datangnya terlambat dan susah prosedurnya," imbuh Winarno.
Dia pun menyarankan pemerintah agar mulai membentuk gugus resmi penanganan wereng dan perubahan iklim yang lembaganya berjenjang dari pusat sampai daerah. "Kalau terus-menerus santai begini, saya khawatir kita kehilangan swasembada beras," ucap Winarno.