REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-–Pertemuan Menteri Pertanian Anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) menghasilkan Deklarasi Niigata bertajuk Niigata Declaration on APEC Food Security. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian, Suswono, usai mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Senin malam (18/10).
Ia menambahkan dalam deklarasi tersebut Indonesia memasukkan dua hal yang terkait dengan upaya pencapaian ketahanan pangan berkelanjutan, yaitu pentingnya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal dan kerja sama regional dalam mengatasi permasalahan kerawanan pangan (beras) darurat di kawasan.
Suswono menuturkan pertemuan Menteri Pertanian anggota APEC yang mengangkat topik ketahanan pangan dilakukan mengingat ancaman kerawanan pangan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sejumlah persoalan terkait perubahan iklim, konversi lahan, kekurangan air, dan investasi pertanian yang semakin kecil pun, lanjutnya, disadari oleh negara-negara anggota APEC.
“Negara yang tergabung di APEC justru menghadapi tantangan yang semakin berat walau produksi pangan dunia relatif dihasilkan dari negara anggota APEC tetapi kerawanan pangan juga terjadi di APEC,” kata Suswono. Oleh karena itu, tambahnya, pertemuan yang diprakarsai pemerintah Jepang itu membangun kesadaran bersama negara anggota dan perlunya membangun kerja sama intens dalam memecahkan kendala rawan pangan.
Suswono mengungkapkan dalam deklarasi Niigata juga disepakati berbagai rencana aksi. Dalam rencana aksi tersebut Indonesia menjadi penanggung jawab penyelenggaraan workshop tentang potensi sumber daya pangan lokal dan membangun jaringan antar pusat penelitian pertanian untuk diversifikasi pangan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan, Achmad Suryana, mengatakan dengan penyelenggaraan workshop tersebut diharapkan akan terkumpul informasi mengenai produksi unggulan masing-masing negara anggota APEC, sehingga dapat tercipta diversifikasi pangan. “Selain itu kita juga mengokohkan kerja sama penelitian untuk menghasilkan teknologi bagaimana mendukung diversifikasi pangan, jadi rencana aksi ini berupa pengumpulan dan sharing informasi antar anggota APEC,” jelas Suryana.
Nantinya, tambah dia, masing-masing pejabat tinggi negara pun harus melapor kepada menteri pertanian masing-masing mengenai pelaksanaan rencana aksi. Hasil dari kegiatan tersebut akan dibawa ke pertemuan menteri pertanian anggota APEC pada tahun depan yang rencananya digelar di Amerika.
Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) memprediksi pada 2050 jumlah penduduk dunia akan mencapai 9,1 miliar jiwa. Pada waktu tersebut kebutuhan pangan diprediksi bertambah 70 persen dari total produksi saat ini. Pada akhir 2009 terdapat lebih dari 1 miliar jiwa yang termasuk kategori rawan pangan.
Setidaknya seperempat penduduk dunia yang kekurangan gizi berada di wilayah APEC. Kondisi itu diperparah dengan seringnya wilayah Asia Pasifik menghadapi gangguan alam yang berpotensi mengganggu suplai bahan pangan, seperti gempa bumi, badai, banjir dan kekeringan. Kondisi itulah yang mendasari digelarnya pertemuan pertama setingkat menteri anggota APEC untuk merumuskan deklarasi bersama, khususnya kerja sama ketahanan pangan.