REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN--Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) atau Konferensi Internasional Kajian Islam ke-10 di Banjarmasin (1-4/11) mengagendakan pembentukan Konsorsium Ilmu-ilmu Keislaman. Konsorsium ini beranggotakan para dosen dari perguruan tinggi agama Islam (PTAI), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), juga pakar dan pemerhati ilmu-ilmu keIslaman di Indonesia.
Konsorsium ini merupakan pengembangan dari Assosiasi Pengkaji Ilmu-ilmu KeIslaman (APIK) yang beranggotakan dosen-dosen PTAI di Indonesia. Ketua panitia ACIS ke-10 Dr H Mastuki HS MAg mengatakan, konsorsium inilah yang nanti diharapkan akan menangani ACIS ke depan. "ACIS nantinya akan ditangani oleh dewan khusus di konsorsium ini. Dewan tersebut yang merancang dan menetapkan tema serta kajian apa yang akan dibahas di konferensi selanjutnya termasuk juga agenda kegiatan mendukung kajian-kajian Keislaman yang dilakukan," terangnya. Melalui konsorsium tersebut nantinya ACIS akan menjadi sebuah organisasi yang semakin terbuka dan mandiri.
Pembentukan konsorsium tersebut akan difasilitasi oleh Prof Dr Machasin MA, Prof Dr Afif Muhammad (UIN Bandung) dan Prof Yudian Wahyudi. Dengan keanggotaan yang semakin terbuka dari berbagai bidang keilmuan tersebut diharapkan ACIS ke depan semakin berkembang pesat. Sehingga ACIS akan menjadi barometer kajian keislaman di dunia untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan Islam.
Apalagi kata dia, Indonesia ini sangat kaya akan khasanah ilmu Keislaman. Itu bisa dilihat dari banyak buku dan lembaga pendidikan Islam yang berdiri di negara ini baik dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi termasuk pesantren yang menjamur. Selain itu, berbagai kebijakan yang terkait dengan Islam juga muncul dari hasil rapat lembaga legislasi di Indonesia.
"Sejak zaman dulu kita punya berapa kerajaan Islam, sekarang berapa jumlah lembaga peradilan Islam di Indonesia dan berapa jumlah lembaga perbankan Islam dan lembaga ekonomi syariah lain. Ini kekayaan khazanah Islam Indonesia," tambahnya. Dengan begitu kata dia, melalui konsorsium tersebut kekayaan khazanah Islam Indonesia itu akan terus dikaji sehingga Islam Indonesia bisa menjadi pusat kajian dunia.
Salah satu pemakalah dari Center for Religious and Cross Culture Studies Universitas Gadjahmada (UGM) Yogyakarta Ibnu Mujib MA mengatakan, dinamika Islam di Indonesia ini sangat banyak dan beragam. "Ada yang berkembang dengan model tasawuf, Islam Timur Tengah, Islam fundamentalis dan Islam revivalis," terangnya. Dinamika Islam di Indonesia yang saangat beragam tersebut belum memperoleh kajian yang mendalam dari perguruan tinggi Islam di Indonesia.
Islam di Indonesia yang sangat beragam tersebut merupakan kajian yang luar biasa dan bisa menjadi sumber kajian secara internasional. Karena itulah, melalui ACIS ini diharapkan ke depan perguruan tinggi agama Islam di Indonesia bisa melakukan kajian terkait dinamika Islam ini secara lebih mendalam.