REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT--Berbeda jauh dengan kondisi saudaranya yang berada di Jalur Gaza, warga Palestina yang bermukim di Tepi Barat merasakan kehidupan normal. Nyaris tidak ada rongrongan tentara Yahudi secara langsung. Berkat kondisi yang relatif aman, sebuah hotel bintang lima siap dibangun. Rencana ini tentu saja sangat ironis. Bayangkan, pemandangan yang bakal terlihat dari tirai hotel tersebut adalah panorama permukiman Yahudi dan di sampingnya terdapat lokasi permukiman Palestina yang tampak memprihatinkan.
The Moevenpick Hotel Ramallah, demikian nama hotel tersebut ternyata dimiliki oleh perusahaan induk yang berbasis di Swiss. Masuknya perusahaan Swiss mengindikasikan bahwa Tepi Barat terbuka bagi peluang bisnis. "Masa lalu adalah masa lalu. Kami percaya masa depan Palestina dan hotel. Hotel ini merupakan investasi yang luar biasa dan merupakan kesempatan bagi Ramallah untuk mengembangkan diri," papar General Manager Hotel, Daniel Roche seperti dilansir Alarabiya, Senin (31/11).
Dalam rencana bangunan hotel terdiri dari 171 kamar, kolam renang, pusat kebugaran dan tujuh ruang khusus untuk konfrensi. Tak ketinggalan pula, bar dan restoran utama dengan dikepalai chef asal Italia. Dengan fasilitas yang cukup lengkap, hotel ini diproyeksikan menarik minat pekerja dan diplomat yang berdatangan ke Ramallah.
"Tanpa adanya perkembangan politik, keamanan dan ekonomi maka kemajuan tidak akan berlanjut," papar otoritas keamanan Palestina, Ghassan Khatib. Menurut dia, pihaknya belajar dari 43 tahun setelah kependudukan.
Sementara itu, tiga faktor pendukung stabilitas Tepi Barat dinilai Lembaga Moneter Internasional (IMF) masih labil. Berdasarkan pehitungan IMF, pertumbuhan ekonomi Tepi Barat bukanlah berasal dari keberhasilan pemerintahan Palestina pimpinan Mahmoud Abbas melainkan masuknya dana bantuan asing semenjak 2007.
Pengamat ekonomi internasional menilai pertumbuhan Tepi Barat lebih dibentuk dari pembatasan Israel ketimbang keunggulan ekonomi dan sangat terikat dengan Israel dalam hal akses dan pergerakan. "Mari kita menyimpannya dalam persepektif," papar Maher Hamdan, CEO Kamar Dagang Palestina (PELTRADE) yang membawahi 320 pebisnis lokal. Dia menilai potensi pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi yang menguntungkan sangat dipengaruhi keberadaan proses perdamaian.
"Para investor berharap pendudukan akan berakhir, dan mereka jadi penggerak pertama pasar, mereka adalah investisi masa depan dan hal ini yang berbahaya," papar Sam Bahour, pebisnis Palestina-AS yang baru saja meluncurkan pusat perbelanjaan tahun 2004 tengah menjadi konsultan perusahaan yang ingin memulai usahanya.
Sementara itu, otoritas Israel yang menjadi otak di balik pertumbuhan ekonomi Tepi Barat memiliki modal kuat untuk mengarahkan perekonomian Tepi Barat sesuai keinginannya. Dengan ratusan pintu pemeriksaan yang berlokasi sangat strategis menjadikan 60 persen dari Tepi Barat diatur Israel. "Kafe dan hotel tidak akan membangun landasan ekonomi kenegaraan. Setiap hal yang harus diimpor dari hotel atau kafe harus memenuhi prosedur Israel.Bayangkan bila pekerjaan itu ditunda," papar Talal Nasredin, salah seorang pemiki Hotel di Ramallah.