REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Pertamina (persero) dinilai sukses menjalankan program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria, mengatakan kasus meledaknya tabung gas elpiji tiga kilogram yang sempat diributkan tak membuat keberhasilan Pertamina tercoreng.
Dia menghitung, hingga sekarang total kasus meledaknya tabung gas elpiji itu hanya berjumlah 320 kasus dari sekitar 45 juta tabung gas elpiji yang sudah digunakan masyarakat. "Persentasenya cukup kecil, yakni 0,0007 persen dari jumlah sekitar 45 juta tabung yang sudah digunaklan sejak 2007 hingga November 2010 lalu," ungkap Sofyano, saat memaparkan evaluasi konversi tabung elpiji di Jakarta, Rabu (22/12).
Sofyano membandingkan dengan Brasil yang juga melakukan konversi ke elpiji. Namun, angka kecelakaannya setiap tahun mencapai 1.000 kasus. "Dengan minimnya kecelekaan tersebut menunjukkan pemerintah dalam hal ini Pertamina telah melakukan proteksi secara serius terhadap pengguna elipiji 3 kilogram," katanya.
Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Hanura, Ali Kastela, menambahkan konversi itu berhasil menghemat anggaran negara sebesar Rp 37,08 triliun. "Kita apresiasi keberhasilan itu," ujarnya. "Ini menunjukkan keseriusan pemerintah menjaga keuangan negara," tambahnya lagi.
Pemerintah telah mendistribusikan lebih dari 45 juta tabung gas 3 kilogram. Sementara, Ali menyebutkan, target tahun 2011 bisa mencapai 52 juta tabung. Saat ini program konversi sedang berjalan di Jambi, Bengkulu, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi. Tahun depan menurut rencana dilaksanakan di Sultra, Sulteng, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung dan Sumatra Barat.