Jumat 24 Dec 2010 07:57 WIB

AS: 200 Tewas Akibat Kerusuhan di Pantai Gading

REPUBLIKA.CO.ID,ABIDJAN--Hampir 200 orang tewas di Pantai Gading sejak pemilihan umum berselimuti kemelut pada November, demikian pernyataan AS, sementara tekanan internasional meningkat terhadap Presiden Laurent Gbagbo agar mundur. Negara besar dunia dan negara Afrika telah memberi dukungan mereka kepada tokoh oposisi yang mengklaim kemenangan dalam pemilihan umum Alassane Ouattara dalam pertikaian yang diwarnai kekerasan sejak pemungutan suara 28 November yang mengancam negara di Afrika Barat itu kembali terjerumus ke dalam perang saudara.

"Kami memiliki laporan bahwa hampir 200 orang mungkin telah tewas, dan puluhan orang lagi disiksa atau diperlakukan secara kasar, dan yang lain mungkin telah diseret dari rumah mereka pada tengah malam," kata Duta Besar AS Betty E. King kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Kamis (23/12).

PBB sebelumnya telah memperkirakan 50 orang tewas. Amerika Serikat, PBB, Uni Eropa, Uni Afrika, dan blok Afrika Barat --ECOWAS-- semuanya telah mengakui hasil sementara komisi pemilihan umum, yang memperlihatkan Ouattara sebagai pemenang dalam pemilihan umum tersebut. Namun Gbagbo tak memperlihatkan tanda akan tunduk pada tekanan dan berkeras ia "menang" dalam pemilihan umum setelah Mahkamah Konstitusi --yang dipimpin seorang sekutunya-- membuang ratusan ribu suara dari konstituensi pro-Ouattara.

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberlakukan sanksi perjalanan atas Gbagbo dan lingkaran dalamnya, dan Bank Dunia pada Rabu (22/12) membekukan dana negeri itu. Badan dunia tersebut memiliki komitmen bantuan lebih dari 800 juta dolar AS. Para menteri dari bank sentral Uni Moneter Afrika Barat dijadwalkan bertemu Kamis di Guinea Bissau guna membahas Pantai Gading, di tengah spekulasi lembaga itu juga bisa membekukan pendanaan buat Pantai Gading. Tindakan tersebut dapat menghalangi kemampuan Gbagbo untuk membayar gaji pegawai negerinya, termasuk tentara.

Surat kabar yang dikelola negara di Pantai Gading, Kamis, menyatakan tanda-tangan Gbagbo, untuk saat ini, masih diakui di rekening negara di bank sentral dan gaji pegawai negeri akan dibayar bulan ini. "Sejak kemarin, gaji para pejabat dan lembaga negara di Pantai Gading telah dikirim ke bank yang berbeda. Gaji pegawai negeri tak terancam," kata harian tersebut, yang mengutip keterangan menteri keuangan Gbagbo.

Kerusuhan di negara penghasil utama kokoa di dunia itu telah mendorong harga coklat ke posisi tinggi selama empat-bulan, sehingga mengganggu pendaftaran eksport dan mencuatkan kemungkinan pertempuran dapat menghalangi angkutan dan pengiriman.

Pemilihan umum di negara bekas bintang ekonomi itu dimaksudkan untuk menyatukan kembali negara tersebut setelah perang saduara 2002-03, tapi malah menambah parah perpecahan. Jurubicara militer Pantai Gading, Rabu larut malam, mengatakan tentara pemerintah bersatu di belakang Gbagbo kendati tekanan meningkat.

"Tak ada keraguan mengenai keutuhan sebagai saudara yang sempurna di sayap pasukan pertahanan dan keamanan," kata jurubicara militer Babri Gohourou dalam pidato melalui TV. Dukungan militer buat Gbagbo dipandang sebagai salah satu alasan utama ia dapat membangkang terhadap seruan agar meletakkan jabatan.

sumber : ant/reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement