REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penjualan dua aset properti, yaitu rumah sakit Siloam dan Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) tak mengisyaratkan bahwa PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) akan keluar dari bisnis tersebut. Menurut Vice President, Head of Corporate Communication LPKR, Danang Kemayan Jati, penjualan asset tersebut justru dijadikan momentum oleh Lippo untuk melakukan ekspansi bisnis yang lebih besar. “Penjualan tersebut menandai fokus baru kami dalam menjalan bisnis rumah sakit, bukan dalam bentuk aset bangunan, namun dalam manajemen dan operasional,” katanya, Kamis (6/1).
Dalam lima tahun mendatang, Lippo menargetkan terdapat 25 rumah sakit yang manajemen dan operasionalnya dilaksanakan oleh perseroan. Sejumlah rumah sakit itu akan menghasilkan menghasilkan pendapatan tahunan sebesar 500 juta dollar AS dalam lima tahun.
Danang melanjutkan, aset senilai Rp 195 miliar tersebut dijual kepada First Real Estate Investment Trust (First REIT) yang akan diamortisasi selama 15 tahun dan disewa kembali oleh Lippo. “Sehingga ke depan biaya operasional rumah sakit akan lebih murah, karena tidak termasuk biaya perawatan bangunan,” ujarnya. Dengan demikian, Lippo akan merengguk rupiah lebih banyak.
“Ini adalah bentuk strategi asset light kami,” ujar Presiden direktur LPKR Ketut Budi Wijaya. Stategi ini akan menghasilkan laba luar biasa bagi perseroan dan memperkuat strategi pertumbuhan LPKR dalam berinvestasi di rumah sakit di seluruh Indonesia.