Sabtu 03 Jul 2010 01:12 WIB

Partisipasi KB Pria di Jabar Belum Sesuai Target

Rep: c23/ Red: Ririn Sjafriani

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Program Keluarga Berencana (KB), khususnya di Jawa Barat, terus digalakkan. Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, pun mencanangkan pemutakhiran data keluarga di Jabar pada Kamis (1/7) lalu, salah satu tujuannya untuk menyukseskan dan mengkampanyekan KB.

Saat ini, program KB masih bertumpu pada partisipasi perempuan sebagai akseptor atau penerimanya. Namun, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar terus meningkatkan partisipasi pria dalam program KB.

Kepala BKKBN Jabar, Rukman Heryana, menyatakan partisipasi program KB pada Pria di Jabar tak sesuai target pada 2009. Maka dari itu, lanjutnya, target untuk tahun ini dikurangi sekitar 50 persen.

Program KB ini dilakukan dalam dua cara, yaitu penggunaan kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) atau kerap disebut vasektomi. Pencapaian penggunaan kondom pada 2009 yaitu sebanyak 52.006, meleset jauh dari target yang ditetapkan BKKBN Jabar yaitu 91. 125. Maka target tahun ini pun berkurang menjadi 52 ribu.

Sama halnya dengan program vasektomi, target yang dicanangkan sekitar 6.114 orang malah hanya terealisasi sebanyak sepertiganya, yaitu 2.337 orang. Menurut Rukman, penurunan target pada 2010, untuk menyesuaikan dengan kondisi di lapangan pada tahun sebelumnya.

“Kami memasang target yang realistis pada tahun ini. Kami akan terus mengampanyekan program KB ini ke daerah-daerah di Jabar,” papar Rukman yang ditemui Republika di kantor BKKBN Jabar, Bandung, Jumat (2/7) pagi.

Ia menilai kesulitan dalam sosialisasi program KB, salah satunya dari faktor agama. Program KB masih kontroversi bagi kalangan umat Islam, yang menjadi agama mayoritas di Jabar. Padahal, lanjutnya, negara-negara dengan mayoritas Islam seperti Malaysia dan Pakistan sukses dalam menjalankan program KB di negaranya masing-masing.

Menurutnya, tokoh-tokoh agama memiliki peran penting untuk menyukseskan program KB di daerah-daerah. Pasalnya, masyarakat Jabar dikenal masih memegang nilai-nilai agama yang cukup kental. “Belum lagi berbagai anggapan dari kalangan pria mengenai program KB. Misalnya, vasektomi masih dianggap sebagai proses penghilangan keperkasaan dalam berhubungan seks. Hal itu tidak benar,” ujar pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Advokasi dan KIE BKKBN Pusat itu.

Senada diucapkan Staf Peningkatan Partisipasi Pria Bidang Keluarga Berencana BKKBN Jabar, Seno Suseno. Kampanye dan sosialisasi tentang program KB di kalangan pria cukup sulit dibandingkan dengan perempuan.

“Ibu-ibu rumah tangga juga kerap tidak mengizinkan suaminya untuk melakukan vasektomi. Mereka takut suaminya dapat ‘jajan’ dimana saja setelah operasi tersebut,” tambahnya sambil tersenyum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement