REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Krisis air yang terjadi selama pekan lalu, menyisakan masalah. Pasokan air yang mulai mengalir justru menyebabkan pelanggan terserang penyakit. Seperti yang dialami warga Jalan Swasembada Barat dan Swasembada Timur, Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara.
Warga yang bermukim di belakang Kantor Wali Kota Jakarta Utara itu terserang penyakit kulit, yakni keluar bintik-bintik merah. Rima, warga Jalan Swasembada Timur menuturkan, air yang mengalir setelah mampet beberapa waktu lalu kondisinya masih buruk. Menurut dia, air yang mengalir berwarna kecoklatan. “Kulit saya kena gatal-gatal setelah menggunakan air butek. Kulit juga mengelupas ,” kata Rima, Selasa, (11/5).
Selain kondisi air yang masih buruk, pasokannya belum ada peningkatan signifikan. Bahkan, sejak Senin (10/05) malam bak mandi baru terisi setengah. Padahal, kran air tidak dimatikan sama sekali. “Pasokannya masih kecil. Semalaman saya mengisi bak mandi masih terisi separuh,” keluhnya.
Selama krisis air beberapa waktu lalu, Rima terpaksa menggunakan air isi ulang untuk kebutuhan mandi maupun mencuci. Sebab, dirinya tidak kebagian suplai air tangki dari operator. Dalam kondisi normal, air baru mengalir pada malam hari. Itupun warga harus menggunakan tendon (penampung) agar bisa menggunakan air secara maksimal. Untuk menyedot air dari tandon, warga harus menggunakan pompa air.
Keluhan serupa disampaikan oleh Muhammad Ali, warga Jalan Swasembada Barat, Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara. Ali menuturkan, setelah menggunakan air yang berwarna kecokelatan, kulit salah seorang putrinya keluar bintik-bintik merah. “Anak saya terserang penyakit kulit, selain gatal juga keluar bintik-bintik merah,” ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta, Sjahril Japarin, menegaskan, air yang diproduksi sudah layak konsumsi. Menurut dia, air baku diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai standar kelayakan. Saat diproduksi di IPA tersebut seluruh kuman dimusnahkan dengan desinfektan.
Mengenai kualitas air yang diterima pelanggan, Sjahril tidak menjamin bisa layak konsumsi seperti ketika diproduksi. Sebab, kualitas air yang tiba ke pelanggan bergantung dari kondisi pipa. “Banyak pipa yang sudah dipasang sejak bertahun-tahun sebelum kami masuk. Pipa yang sudah terpasang sejak lama juga berpengaruh terhadap kualitas air,” ujar Sjahril.
Dia menjelaskan, saat distribusi air bersih untuk wilayah Jakarta bagian Timur dan Utara diambil alih PT Aetra Air Jakarta, panjang pipa yang sudah terpasang sepanjang 4400 kilometer. Saat ini, panjang pipa yang dikelola PT Aetra Air Jakarta sudah sepanjang 5761 kilometer. Artinya, ada penambahan pipa sepanjang 1300 kilometer. “Kalau mau terjamin hingga pelanggan, maka pipa-pipa yang sudah lama harus juga diganti,” tuturnya.