REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Peredaran uang di Yogyakarta selama pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah awal Juli (3-8) lalu ternyata terbilang besar. Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPE UMY) diketahui bahwa uang yang beredar untuk dibelanjakan selama enam hari pelaksanaan muktamar mencapai Rp 732 miliar.
Kepala PPE UMY yang juga peneliti ekonomi, Lilies Setiartiti mengatakan, pihaknya mengambil responden dari peserta dan penggembira Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta secara acak. Sebanyak 311 orang peserta dan penggembira diambil untuk responden penelitian tersebut. "Kami mengambil sampel secara acak, dengan komposisi yang beragam," ujarnya saat memaparkan hasil penelitiannya di kantor BI Yogyakarta, Selasa (20/7).
Responden diambil itu pun komposisinya antara lain, 32 persen datang dari Pulau Jawa, 19 persen dari Kalimantan, 19 persen dari Sumatra, 17 persen dari Sulawesi, dan sisanya dari daerah lain.
''Berdasarkan keterangan panitia dan beberapa pihak jumlah peserta dan penggembira muktamar mencapai 505.550 orang, dengan personil penunjang 3 ribu orang yang tersebar di tiga tempat pelaksanaan muktamar di Yoyakarta," tambah Lilies.
Dari hasil penelitian terhadap 311 responden tersebut, kata Lilies, diketahui bahwa 74 persen peserta/peggembira menginap di tempat yang disediakan oleh panitia, sisanya ada yang menginap di hotel, rumah keluarga, dan tempat lainnya. Lama tinggal di Yogyakarta sendiri sekitar 6 hari. Sedangkan keberangkatan mereka ke Yogyakarta, 61 persen penggembira menggunakan bus secara berombongan. ''Sebagian besar membawa anggota keluarga rata-rata 2 orang,'' jelasnya.
Dari hasil penelitian itu juga diketahui bahwa, 79 persen penggembira muktamar membawa uang tunai di bawah Rp 5 juta. Sedangkan yang membawa uang tunai lebih dari Rp 10 juta hanya 4,6 persen, dan yang menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hanya 24 persen dengan rata-rata pengambilan sebesar Rp 2,4 juta selama muktamar.
Nilai belanja rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap responden selama muktamar mencapai Rp 1,45 juta rupiah, dengan komoditas utama yang dibeli adalah pakaian jadi, oleh-oleh makanan, transportasi, dan lain-lain.
Menurut Lilies, dari penelitian itu juga diketahui bahwa tingkat belanja paling tinggi yang dilakukan para responden ada pada pakaian yang mencapai Rp 227,2 juta, makanan Rp 25,7 juta, oleh-oleh Rp 78,1 juta, dan transportasi Rp 23,5 juta.
Dengan asumsi jumlah peserta muktamar sesuai keterangan panitia sebanyak 505.550 orang, maka total belanja peserta dan penggembira muktamar diperkirakan mencapai Rp 732 miliar. ''Biaya penyelengaraan muktamar sendiri hanya mencapai Rp 23 miliar," jelas Lilies.
Berdasarkan penelitian itu, kata Lilie, juga diketahui bahwa penyelengaraan even lima tahunan Muhammadiyah tersebut juga mampu memberikan peluang usaha bagi masyarakat di Yogyakarta. Dengan begitu, pelaksanaan muktamar selama enam hari di Yogyakarta itu pun telah memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Sementara itu Kepala BI Yogyakarta, Sutikno mengatakan, penelitian itu dilakukan untuk melihat secara nyata kontribusi penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi masyarakat di DIY. Ke depan, kata dia, pihaknya akan mendorong pemerintah daerah untuk aktif menjadi tuan rumah even-even berskala nasional maupun internasional.