Senin 04 Mar 2019 15:11 WIB

Mitos dan Fakta Kulit Sehat

Banyak fakta dan mitos mengenai kesehatan kulit yang beredar di masyarakat.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Ani Nursalikah
Studi menyebut warna kulit wajah mempengaruhi persepsi terkait kondisi kesehatan.
Foto: EPA
Studi menyebut warna kulit wajah mempengaruhi persepsi terkait kondisi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kulit merupakan organ terbesar manusia, dan sayangnya sering dianggap remeh ketika sehat. Banyak fakta dan mitos mengenai kesehatan kulit yang beredar di tengah-tengah masyarakat.

Lantas, mana yang benar dan mana yang salah dari fakta dan mitos itu? Dilansir di NZ Herald, Sabtu (2/3), berikut daftarnya.

FAKTA - Kulit terus memperbarui dirinya

Kulit memberi penghalang dinamis antara lingkungan internal tubuh dan dunia luar. Sel-sel disebut keratinosit dalam epidermis atau lapisan luar kulit.

Sel-sel itu terus-menerus membelah menghasilkan pasokan sel yang bergerak naik melalui lapisan ini dan dikeluarkan dari permukaannya. Lebih baik, manusia minum sebanyak dua liter air dalam sehari untuk menjaga kulit tetap sehat.

Namun, fakta yang salah adalah jumlah air yang diminum sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi kulit. Air disuplai ke kulit oleh darah yang mengalir melalui dermis, lapisan dalam kulit.

Air akan hilang dari epidermis, terutama di lingkungan yang kering. Air dibutuhkan menjaga hidrasi kulit dan ketika mengalami dehidrasi serius, kulit Anda tampak kusam dan kurang elastis.

FAKTA - Stres membuat kulit tidak sehat

Hormon stres termasuk kortisol atau hormon steroid yang dibuat dalam kalenjar adrenal akan memperparah kondisi kulit. Hal ini hampir sama dengan alopecia areata, yakni suatu kondisi autoimun di mana kekebalan tubuh mulai menyerang folikel rambut dan menyebabkan rambut rontok.

Pada kulit, kulit berpotensi mengalami psoriasis, yaitu kondisi auto-imun lain yang menyebabkan penebalan kulit, penskalaan dan peradangan. Lalu mengalami eksim atau radang kulit merah yang gatal sering terjadi bersamaan dengan asma, demam, dan alergi lainnya.

MITOS - Makan cokelat menyebabkan jerawat

Jerawat (Acne vulgaris) sebenarnya dapat bertahan hingga usia 30-an dan 40-an. Hal ini terjadi sebagai akibat interaksi antara efek hormonal pada kalenjar lemak di kulit, ditambah respons kekebalan kulit terhadap pori-pori dan mikroba yang hidup di kulit.

Makan jenis makanan tinggi lemak memang tidak sehat karena berbagai alasan. Namun jenis makanan ini tidak menyebabkan jerawat.

Bahkan, beberapa tablet yang diresepkan untuk jerawat parah, seperti isotretinoin oral lebih baik diserap ketika pil ditelan dengan makanan berlemak, termasuk cokelat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement