REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ahli kesehatan secara konsisten menyeru untuk mengurangi asupan garam. Hasil studi Institute of Edicine (IOM) menyatakan makanan yang terlalu rendah natrium justru tidak sehat dan berisiko menimbulkan masalah jantung.
Kesimpulan itu dipeoleh dari review studi tentang asupan sodium oleh Dewan Riset IOM. Setelah menganalisis 39 hasil studi sesuai tema, mereka menemukan hubungan positif antara penyakit jantung dengan asupan garam.
Tingkat kesehatan tidak selalu sebanding dengan usaha mengurangi jumlah natrium dalam makanan. Sebagian orang mengurangi jumlah natrium pangan hingga 1.500 miligram per hari.
Dietary Guidelines for Americans, panduan yang diedarkan pemerintah federal pada 2010, merekomendasikan pembatasan asupan natrium 2.300 miligram per hari.
Untuk mereka yang berisiko tinggi terkena serangan jantung, termasuk orang-orang di atas usia 51 tahun, keturunan Afrika dan Amerika pengidap hipertensi, diabetes atau gangguan ginjal kronis, panduan itu merekomendasikan konsumsi natrium kurang dari 1.500 miligram per hari. Namun berdasarkan laporan IOM, rekomendasi itu tidak sesuai hasil riset yang mereka lakukan.
Kelompok Advokasi Konsumen Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum (CSPI) menemukan fakta bahwa kebanyakan orang Amerika justru mengonsumsi garam dalam jumlah tinggi.
"Mayoritas berada dalam zona merah dengan asupan garam sekitar 3.500 hingga 4.000 miligram natrium per hari," kata Direktur Nutrisi CSPI, Bonnie Liebman.
Berlebihnya asupan itu meningkatkan resiko hipertensi, serangan jantung, dan stroke. CSPI menganjurkan untuk mengkonsumsi garam tak kurang dari 2.300. Pengurangan konsumsi garam tentu dapat dilakukan perlahan.