Sabtu 11 Aug 2018 23:21 WIB

Peneliti Ini Klaim Garam tak 'Seburuk' yang Dipopulerkan

Kampanye pengurangan garam telah menurunkan jumlah orang hipertensi

Rep: Rossi Handayani / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Garam
Foto: pixabay
Garam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garam mungkin tidak merusak kesehatan seperti yang biasanya diklaim. Menurut sebuah studi baru yang kontroversial, menyarankan kampanye untuk membujuk orang guna mengurangi garam hanya bermanfaat di negara-negara dengan konsumsi natrium yang sangat tinggi, seperti Cina.

Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan untuk mengurangi asupan natrium tidak lebih dari dua gram sehari, setara dengan lima gram garam. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah, yang pada gilirannya berimplikasi pada stroke.

Penelitian oleh Prof Andrew Mente dari Population Health Research Institute of Hamilton Health Sciences dan McMaster University dan rekan-rekannya, melibatkan lebih dari 90 ribu orang di lebih dari 300 komunitas di 18 negara. 

Mente dan rekan menemukan bahwa efek berbahaya dari natrium, terjadi peningkatan tekanan darah dan stroke, hanya terjadi di negara-negara seperti Cina. Ia menyebut di negara itu penggunaan kecap yang bebas mengarah pada tingkat natrium lebih dari lima gram sehari. Dan mereka menemukan bahwa kadar garam yang sangat rendah dapat menyebabkan lebih banyak serangan jantung, dan kematian.

Ia pun mengklaim dari penelitian tersebut nenunjukkan asupan garam dalam jumlah sedang mungkin bersifat melindungi. Mente mengatakan, Penelitian timnya menambah bukti yang berkembang untuk menunjukkan bahwa, pada asupan moderat, natrium mungkin memiliki peran menguntungkan dalam kesehatan kardiovaskular.

"Tetapi peran yang berpotensi lebih berbahaya ketika asupan sangat tinggi atau sangat rendah. Ini adalah hubungan yang kita harapkan untuk nutrisi dan kesehatan penting. Tubuh kita membutuhkan nutrisi penting seperti natrium, tetapi pertanyaannya adalah seberapa banyak," kata Mente, dilansir dari laman The Guardian, Jumat (10/8).

Dua tahun lalu, tim yang sama menerbitkan sebuah penelitian dengan hasil serupa, juga di Lancet, pada individu. Namun hasilnya dikecam oleh para kritikus, dan menyebutnya sebagai "ilmu buruk", temuannya juga ditolak oleh American Heart Association.

Tom Sanders, profesor emeritus nutrisi dan diet di King's College London, mengatakan kampanye untuk mengurangi asupan garam telah bermanfaat di beberapa negara. Konsumsi garam di Inggris telah menurun selama 30 tahun terakhir dari lebih dari 12 gram per hari menjadi tujuh hingga delapan gram per hari, dan ini telah disertai dengan penurunan tekanan darah rata-rata penduduk. 

"Jepang dulu memiliki prevalensi tekanan darah tinggi yang sangat tinggi dan tingkat stroke yang tinggi, dan mengambil tindakan untuk memotong asupan garam pada 1970, dan sekarang memiliki tingkat yang jauh lebih rendah," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement