Senin 04 Mar 2019 12:46 WIB

Wabah Campak Merajalela, Ukraina Gandeng Pemuka Agama

Ukraina menjadi pemimpin penderita campak di antara negara-negara Eropa.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.
Foto: EPA
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.

REPUBLIKA.CO.ID,  KIEV -- Ukraina kini menggandeng pemuka agama untuk menghadapi wabah campak yang semakin memburuk. Pemuka agama dinilai memiliki pengaruh besar dalam mendorong vaksinasi campak di tengah masyarakat.

Pertemuan perwakilan UNICEF dengan pemuka agama yaitu pendeta sudah dilakukan di Lviv, Ukraina. Dalam kesempatan tersebut, dokter anak sekaligus konsultan UNICEF Kateryna Bulavinova meminta para pemuka agama untuk membantu pemerintah dalam menghadapi wabah campak yang makin memburuk di Ukraina.

Baca Juga

Para pendeta diharapkan dapat membimbing dan menjadi panutan masyarakat dengan cara memberi contoh yang baik. Para pendeta bisa memulai dengan mendapatkan vaksin campak untuk diri sendiri dan anak-anak mereka.

"Bayangkan betapa terkejutnya umat paroki bila seorang pendeta mati karena campak," ungkap Bulavinova seperti dilansir Malay Mail.

Keterlibatan pemuka agama diharapkan dapat memberi dampak yang besar di wilayah-wilayah yang sangat religius di Ukraina. Keterlibatan pemuka agama juga diharapkan dapat membantu menekan gerakan anti vaksinasi yang semakin bertumbuh di Ukraina. Lviv yang menjadi tempat lokasi pertemuan dengan para pemuka agama merupakan wilayah dengan sentimen anti vaksin yang sangat kuat.

Ulyana Dzyuba merupakan warga Lviv dan ibu dari dua orang anak yang pernah menolak vaksinasi campak. Menurut Dzyuba anak-anaknya akan lebih baik tanpa vaksin. Namun wabah campak yang kian memburuk membuat Dzyuba berubah pikiran.

"Dulu saya menolak vaksinasi campak. Saya pikir dulu lebih baik begitu," jelas Dzyuba.

Seperti diketahui, pemerintah Ukraina menilai peningkatan kasus campak terjadi akibat beragam faktor. Beberapa di antaranya adalah pasokan vaksin yang terbatas dan pemangkasan biaya kesehatan karena kondisi ekonomi di negara tersebut.

Namun, faktor lain yang sangat mengkhawatirkan adalah sentimen anti vaksinasi yang semakin bertumbuh di Ukraina. Sentimen anti vaksinasi ini semakin berkembang dengan meluasnya kampanye dan informasi menyesatkan seputar vaksinasi.

Selain kepada pemuka agama, pemerintah Ukraina juga memberikan edukasi seputar pentingnya vaksinasi dalam konferensi-konferensi orang tua dan guru. Sejawat dokter juga mengirimkan tim-tim vaksinasi mobile ke sekolah-sekolah yang berada di area terpencil.

"Wabah campak ada di berbagai belahan dunia, tapi sayangnya Ukraina menjadi 'pemimpin' di antara negara-negara Eropa," lanjut Deputi Menteri Kesehatan Ukraina Olga Stefanyshyna.

Dalam dua bulan pertama di 2019, Ukraina sudah mendapati sekitar 24 ribu kasus campak. Sedangkan pada 2018, tercatat ada lebih dari 35 ribu kasus campak yang terjadi di Ukraina.

Ukraina juga pernah mengalami wabah campak pada 2017. Kala itu diketahui ada sekitar 800 ribu anak di Ukraina yang tidak divaksinasi campak.

"Anak-anak ini bisa terkena campak kapan pun saat ini," jelas Stefanyshyna.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement