REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sleep apnea atau apnea tidur adalah gangguan serius pada pernapasan yang terjadi saat tidur. Mendengkur keras merupakan salah satu gejala dari apnea tidur.
Menurut studi baru yang dirilis Mayo Clinic, pendengkur berat mungkin berkaitan dengan protein beracun, ciri khas penyakit Alzheimer di bagian otak yang mengelola memori, navigasi, dan persepsi waktu. Bukti baru, yang akan disajikan pada tanggal 4-10 Mei di pertemuan tahunan American Academy of Neurology di Philadelphia, mendukung adanya hubungan utama antara peningkatan risiko demensia dan gangguan tidur.
Peneliti mengatakan, apnea tidur obstruktif terutama merupakan gangguan serius yang berpotensi membuat pernapasan berulang kali berhenti selama tidur. Peneliti mengidentifikasi 288 orang berusia 65 tahun ke atas yang tidak menderita demensia.
"Hasil penelitian kami meningkatkan kemungkinan apnea tidur memengaruhi akumulasi tau," kata pemimpin penelitian Dr Diego Z Carvalho, seorang peneliti neurologi di Mayo, dalam sebuah pernyataan, dilansir laman New York Post.
Peserta diminta untuk mengetahui ketika pasangan mereka yang mendengkur berhenti bernapas saat tidur. Sekitar 15 persen dari kelompok studi, atau 43 peserta, memiliki pasangan tidur yang sleep apnea.
Mereka yang mengalami apnea memiliki kadar tau sekitar 4,5 persen lebih tinggi di korteks entorhinal daripada yang diamati dalam tidur nyenyak. Korteks entorhinal menyimpan dan mengambil informasi yang berkaitan dengan persepsi visual, sementara protein tau yang disfungsional membentuk "kusut di otak" dengan penyakit Alzheimer berkontribusi terhadap penurunan kognitif.
Untuk meminimalkan dampak "variabel rancu," para peneliti memperhitungkan beberapa faktor lain yang memengaruhi kadar tau di otak, antara lain, usia, jenis kelamin, pendidikan, risiko kardiovaskular, dan keluhan tidur lainnya.
Intinya, ternyata ada hubungan antara mendengkur, apnea, tau dan Alzheimer. "Tetapi ini seperti masalah ayam dan telur," kata Carvalho merujuk teka-teki "apa yang datang lebih dulu" sebagai penyebab yang mendasarinya.
Apakah sleep apnea menyebabkan akumulasi tau, protein beracun yang terbentuk menjadi kusut di otak dengan penyakit Alzheimer? Atau apakah akumulasi tau di daerah tertentu memacu apnea tidur? Hal itu masih belum dapat dipastikan.
"Nah, persiapkan diri Anda untuk tetap sabar pada waktu tidur, pasangan yang sudah lama menderita, dan mengantuk, karena sekarang dibutuhkan penelitian lebih lama untuk menyelesaikan masalah ini,” tambah Carvalho.
Alzheimer merupakan penyakit progresif yang mengganggu secara perlahan-lahan. Ditandai dengan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, serta perubahan perilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penyakit ini membuat jaringan otak rusak seiring berjalannya waktu.