REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Royal College of Psychiatrists (RCP) mengeluarkan pedoman penggunaan media sosial bagi remaja di bawah 18 tahun yang mengalami kesehatan mental. Organisasi psikiater UK itu bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Nasional Inggris (NHS) untuk secara rutin menanyakan kegiatan remaja di media sosial.
Anak yang mengalami masalah seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan akan mendapat pertanyaan seputar aktivitas di media sosial. Hal itu, ditujukan untuk melihat penggunaan Facebook, Instagram atau platform lain yang dapat memperburuk sikologis remaja.
Selain itu, psikiater akan menanyakan situs yang diakses yang dapat mempengaruhi jam tidur, konsentrasi di sekolah, suasana hati hingga kebiasaan makan. Psikiater ingin memastikan situs yang diakses para remaja adalah situs yang terbebas dari publikasi negatif, melukai diri maupun bunuh diri atau 'Toxic Digital'.
Orang tua juga mendapat pertanyaan seputar perangkat yang terdapat rumah, mana yang sering digunakan, kemudian apakah melihat ponsel atau TV saat makan serta bagaimana respons anak saat melihat orang dewasa sedang melakukan pekerjaan rumah.
Pedoman tersebut dikeluarkan RCP setelah melihat dampak semakin meningkatnya waktu yang dihabiskan remaja untuk media sosial. Terlebih, konten yang dikunjungi dinilai merusak kesehatan remaja secara psikologis.
RCP, yang mewakili psikiater profesional menetapkan standar baru bagi para psikater yang mengurusi masalah anak muda. RCP juga menyarankan para anggotanya untuk menyelidiki seberapa jauh media sosial menambah kesulitan para remaja.
Pemerintah juga telah memberikan panduan resmi untuk dipublikasikan minggu depan yang menguraikan rancangan yang membuat pengguna media sosial lebih aman. Karena itu, platform penyedia media sosial harus patuh terhadap aturan tersebut untuk lebih peduli terhadap penggunanya.
Dr Bernadka Dubicka, Ketua RCP Bidang Anak dan Remaja mengatakan media sosial dan teknologi bukanlah pendorong utama penyakit mental pada orang muda. Namun, menurutnya, media sosial dan teknologi merupakan bagian penting dari kehidupan remaja yang juga dapat membahayakan remaja dalam situasi tertentu.
“Sebagai seorang dokter yang berada di garis depan, saya secara teratur melihat remaja yang dengan sengaja melukai diri sendiri setelah mendiskusikan tekniknya secara daring," kata Bernadka Dubicka seperti dilansir The Guardian.
Dubicka mengatakan pedoman tersebut dapat menjelaskan kepada psikiater spesialis anak untuk mengikuti perkembangan zaman. Menurutnya, pertanyaan seputar teknologi harus menjadi bagian inti untuk sebuah penilaian dan penilaian ulang terhadap kondisi remaja.
Dubicka menambahkan pertanyaan tentang segala bidang dalam dunia digital akan membantu mengurai khawatiran remaja. Selain itu, psikiater juga dapat melanjutkan pemeriksaan terhadap ganguan kesehatan dan kegiatan penting lainnya.
Orang tua juga ditanya mengenai penggunaan elektronik para remaja sebelum menuju kamar tidur. Perguruan tinggi menyarankan orang tua dapat memastikan remaja tidak menggunakan perangkat apa pun satu jam sebelum waktu tidur.
Sementara, Emma Thomas, Kepala Eksekutif Yayasan Amal YoungMinds, mengatakan remaja yang ditanganinya, tidak sepenuhnya menyebut media sosial sebagai penyebab masalah mental. Namun, media sosial dapat meningkatkan kecemasan jika pengguna membandingkan kehidupannya dengan orang lain.
Tomas menyebut, remaja yang membagi pengalamannya dalam melukai diri sendiri, gangguan makan, atau merasa ingin bunuh diri di media sosial merupakan cara untuk mendapatkan dukungan. Karena itu, remaja harus dihindarkan dari aktivitas yang mengkhawatirkan.
“Jika mereka adalah bagian dari komunitas yang memperkenalkan pada cara-cara baru melukai diri sendiri atau yang mendorong gangguan makan, ini bisa berdampak buruk," ujarnya.
Claire Murdoch, Direktur Kesehatan Mental Nasional NHS Inggris mengatakan pedoman tersebut harus mempertimbangkan kapasitas teknologi yang membahayakan para remaja. Menurutnya, media sosial memiliki peran besar dalam kehidupan sehari-hari bagi para remaja.
"Kegiatan daring sekarang perlu dipertimbangkan ketika menilai kesehatan mental dan kesejahteraan anak muda," katanya.
NHS Inggris menyuarakan, perusahaan media sosial harus bertanggung jawab membayar dana retribusi. Nantinya, dana tersebut dipergunakan untuk membiayai perawatan kesehatan mental orang yang kecanduan atau terpengaruh oleh konten perusahaan media sosial tersebut.