Senin 29 Apr 2019 10:33 WIB

Makan Saat Stres Bisa Picu Obesitas

Kebiasaan lari ke makanan saat stres bak lingkaran setan yang sulit dihentikan.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Wanita makan di restoran.
Foto: Pixnio
Wanita makan di restoran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda cenderung makan lebih banyak saat stres? Kalau jawabannya ya, maka Anda akan lebih lebih menambah berat badan daripada di waktu lain, bahkan dengan makanan berjenis yang sama.

Sebuah tim yang dipimpin kepala laboratorium Eating Disorders di Garvan Institute of Medical Research Profesor Herbert Herzog telah menemukan fakta tentang konsumsi makanan saat stres. Ketika seseorang sedang stres, kenyamanan makan dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang lebih besar.

Baca Juga

"Studi ini menunjukkan kita harus lebih sadar tentang apa yang kita makan ketika kita sedang stres, untuk menghindari perkembangan obesitas yang lebih cepat," kata Profesor Herzog, dikutip dari Fox News, Senin (29/4).

Sementara beberapa orang makan lebih sedikit ketika mereka sedang stres. Namun, kebanyakan orang cenderung makan lebih banyak dan sering kali lebih padat dengan kalori yang memberi dampak signifikan pada berat badan.

Untuk menyelidiki efek "makan stres", ilmuwan mengamati berbagai area otak pada tikus. Sementara asupan makanan sebagian besar dikendalikan oleh bagian otak yang disebut hipotalamus, bagian lain dari otak, amigdala,  memproses respons emosional, termasuk kecemasan.

Studi menemukan, ketika tikus stres selama periode waktu yang lama dan tersedia makanan berkalori tinggi, mereka menjadi lebih cepat gemuk daripada ketika mereka mengonsumsi makanan yang sama di lingkungan yang bebas stres

Pada pusat kenaikan berat badan adalah molekul yang disebut NPY, yang diproduksi otak sebagai respons terhadap stres untuk merangsang makan. Tim peneliti menemukan, mematikan produksi NPY dalam kenaikan berat amigdala berkurang.

Tanpa NPY, kenaikan berat badan pada diet tinggi lemak dengan stres sama dengan kenaikan berat badan di lingkungan yang bebas stres. Hal tersebut menunjukkan hubungan yang jelas antara stres, obesitas, dan NPY.

Tubuh biasanya memproduksi insulin yang tepat setelah makan untuk membantu sel menyerap glukosa dan mengirim sinyal "berhenti makan" ke otak ketika kenyang. Stres kronis meningkatkan kadar insulin itu sedikit, namun ketika stres dan konsumsi makanan kalori, kadar insulin itu melewati batas.

Selama periode waktu yang lama, sel-sel saraf menjadi peka terhadap insulin, menghentikan mereka dari mendeteksi semuanya bersama-sama. Hal ini kemudian mendorong sel-sel saraf untuk meningkatkan kadar NYP, sehingga mendorong untuk makan lebih banyak dan menghentikan dari kemampuan untuk membakar energi melalui panas. Kondisi ini menjadi lingkaran setan yang pada akhirnya mengarah pada obesitas.

"Ini benar-benar menguatkan gagasan, walaupun buruk untuk makan junk food, makan makanan berkalori tinggi di bawah tekanan adalah pukulan ganda yang mendorong obesitas," kata Profesor Herzog.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement