Rabu 06 Mar 2024 14:35 WIB

Pakar Berikan Tips 5-2-1-0 untuk Obesitas pada Anak, Seperti Apa?

16 persen anak yang masih menjadi siswa SD di Jakarta mengalami resistensi insulin.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
Sekitar 15 hingga 16 persen anak yang masih menjadi siswa SD di Jakarta mengalami resistensi insulin. Sementara 34 persen anak SD di Jakarta telah mengalami hipertensi.
Foto: www.freepik.com
Sekitar 15 hingga 16 persen anak yang masih menjadi siswa SD di Jakarta mengalami resistensi insulin. Sementara 34 persen anak SD di Jakarta telah mengalami hipertensi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif di  International Pediatric Association, Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan, menyebut sekitar 15 hingga 16 persen anak yang masih menjadi siswa SD di Jakarta mengalami resistensi insulin. Sementara 34 persen anak SD di Jakarta telah mengalami hipertensi.

Penyebab dari semua penyakit pada anak itu adalah obesitas. Dengan kondisi tersebut, risiko penyakit diabetes dan penyakit lainnya pada anak-anak itu hampir pasti meningkat. Prof Aman memiliki tips 5-2-1-0 untuk anak-anak yang terlanjur sudah memiliki obesitas atau kelebihan berat badan.

Baca Juga

Obesitas pada anak diukur menggunakan kurva referensi yang mencakup pengukuran berat badan dan tinggi badan. Jika kurva menunjukkan angka persentil di atas 85, itu menandakan overweight atau kelebihan berat badan. Jika angka persentil di atas 95, maka dapat dikatakan obesitas.

Tips 5-2-1-0 yang dimaksud adalah, 5, artinya mengomsumi 5 kali buah dan sayur sehari. “Jadi pagi dia makan buah, siang ada buah dan sayur, malam makannya ada sayur ditutup dengan buah,” ucap Prof Aman dalam World Obesity Day yang digelar oleh Novo Nordisk Indonesia di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Jika anak ingin cemilan, maka para orang tua bisa memberikan buah daripada jajanan tidak sehat. Kemudian 2, adalah tidak boleh duduk lebih dari 2 jam sehari, kecuali di sekolah atau mobil. Kalau pun harus membuat PR di rumah, maka duduk selama satu jam setiap hari.

Lalu 1, yakni anak yang sudah terlanjur obesitas harus exercise 1 jam setiap hari. Setiap anak memiliki batas waktu exercise, seperti anak di bawah satu tahun boleh exercise 30 menit.

Setelah itu, umur satu sampai lima tahun minimal 1 jam setiap hari. “Anak umur lima tahun ke atas sudah boleh exercise 3 jam secara terstruktur, seperti bermain bola,” ujar Prof Aman.

Dan terakhir 0, anak dengan obesitas harus 0 gula. Usahakan tidak mengonsumsi gula sama sekali, kalaupun butuh gula sebagai energi, maka disarankan memakan buah saja. “Satu lagi, jangan memakan makanan ultraproses,” kata dia.

Bagaimana ciri anak termasuk obesitas? Ketika anak sudah bertahun-tahun mengalami obesitas, maka akan timbul warna kehitaman pada leher anak. Itu merupakan tanda acanthosis nigricans (AN), suatu kelainan kulit yang umum terjadi pada anak gemuk. Waspada lah, karena anak dengan AN memiliki kemungkinan lebih besar daripada anak yang tidak menderita kelainan yang sama untuk mengalami gangguan insulin.

“Kelebihan lemak di seluruh tubuh juga dapat menyebabkan anak obesitas sering mengalami sesak napas,” kata Prof Aman yang juga merupakan pakar endokrinologi anak, serta ketua pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada dua periode sebelumnya.

Dengan prevalensi obesitas anak yang tinggi di Indonesia, penting bagi semua stakeholder untuk menyadari seriusnya kondisi ini dan memulai perubahan gaya hidup sehat dari tingkat keluarga. Kemitraan strategis antar pemangku kepentingan diperlukan untuk mendorong perubahan kebijakan yang berkelanjutan dalam mengatasi masalah ini.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement