REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Saat ini sebagian masyarakat dunia tengah khawatir atas merebaknya penyakit cacar monyet. Meski Indonesia belum terjangkit, penyakit ini ternyata dapat dicegah sejak dini dengan pemberian vaksin cacar air atau varicella.
Pakar Penyakit Kulit dan Kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Sinta Murlistyarini, mengatakan varicella dapat melindungi dari serangan cacar monyet hingga 80 persen. Ini karena gejala cacar monyet serupa dengan cacar air.
"Gejalanya seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, muncul bintil-bintil berisi air di seluruh tubuh dan ruam kulit muncul pada wajah," ujar Sinta melalui pesan resmi yang diterima Republika, Jumat (17/5).
Menurut Sinta, yang membedakan kedua penyakit ini terletak pada bintilnya. Di hari kelima hingga ketujuh, bintil-bintil berisi air menjadi bernanah dan agak keras saat disentuh. Pada akhir pekan kedua, bintil-bintil tersebut akan menjadi keropeng yang bertahan sekitar satu pekan.
"Setelah tiga pekan, ruam akan menghilang. Setelah hilang, bintil-bintil tidak akan lagi menular," kata Sinta
Sinta menjelaskan cacar monyet termasuk penyakit zoonotic atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Penularan biasanya melalui gigitan, cakaran, dan kontak langsung dengan darah serta cairan tubuh.
Penularan juga terjadi melalui lesi di kulit dan mukosa dari hewan liar seperti primata (monyet), rodensia, dan mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi. Menurut Sinta, cacar monyet rentan menyerang orang yang memiliki kontak langsung dengan hewan terinfeksi.
Sebarannya dapat melalui darah, cairan tubuh, urin, kulit, dan makan daging satwa terinfeksi. Penyakit ini juga dapat menular lewat kontak langsung dengan penderita yang terkena saluran pernafasan atau cairan pada plenting di kulit.
"Penularan antar manusia bisa terjadi namun tidak mudah dan terbatas. Penularannya bisa melalui cairan pernafasan (batuk, bersin) atau luka pada kulit," jelasnya.
Cacar monyet sudah muncul sejak 1970 dari hewan yang terinfeksi. Awalnya hanya di Republik Demokratik Kongo, lalu merebak hingga menjadi Kejadian Luar Biasa di Nigeria di 2007.
Agar tidak menyebar ke Indonesia, Sinta menyarankan adanya skrining khusus di bandara terhadap wisatawan asing. Skrining ini terutama menyasar mereka yang berasal dari Singapura atau negara endemis cacar air seperti Afrika tengah dan Afrika barat.
Staf Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Division Tropik Infeksi FKUB, Didi Candradikusuma menjelaskan cacar monyet dapat dicegah dengan menghindari kontak pada beberapa jenis hewan. Antara lain tikus dan primata yang terinfeksi serta membatasi paparan langsung terhadap darah dan daging hewan liar.
"Memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai saat menangani hewan yang terinfeksi dan saat merawat orang yang sakit, petugas kesehatan dianjurkan melakukan vaksinasi, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Didi.