Kamis 31 Oct 2019 16:28 WIB

Label Kalori Makanan Siap Saji Berdampak Sementara

Penikmat makanan siap saji hanya di awal saja memperhatikan label kalori.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Label kalori di makanan.
Foto: Wikimedia
Label kalori di makanan.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Sebuah studi menemukan memberi label jumlah kalori pada menu makanan cepat saji hanya menyebabkan sedikit penurunan jangka pendek dalam rata-rata kalori yang dibeli di Amerika Serikat. Setelah satu tahun efek itu sebagian besar berkurang.

Para peneliti mengumpulkan data tentang hampir 50 juta pembelian menu di 104 lokasi waralaba makanan cepat saji dengan tiga restoran franchise di Lousiana, Texas, dan Mississippi dari April 2015 hingga 2018. Selama tahun terakhir masa studi, item menu termasuk label dengan jumlah kalori.

Baca Juga

Pada bulan-bulan setelah penambahan label, pelanggan membeli rata-rata 60 kalori kurang dari sebelum penghitungan kalori dimasukkan. Khususnya, sekitar 40 kalori tersebut dikaitkan dengan lauk pauk (termasuk makanan penutup).

Tetapi setelah satu tahun, rata-rata kalori per transaksi telah berkurang menjadi hanya 23 kalori lebih sedikit dari sebelum pelabelan. Tren bisa terjadi jika pelanggan awalnya menanggapi pembaruan label kalori, tetapi berhenti memperhatikan hal itu dari waktu ke waktu.

Kemungkinan lain adalah pelanggan memutuskan membeli makanan yang lebih sehat dengan jumlah kalori yang sama. Atau restoran mulai mengadaptasi resep, serta menawarkan makanan yang berkalori lebih rendah. Penulis Joshua Petimar mengatakan penelitian ini tidak memeriksa salah satu dari penjelasan potensial.

“Apa yang ditunjukan ini pada kami adalah pemberian label kalori saja bukanlah solusi untuk diri sendiri. Obesitas adalah kondisi yang kompleks dan oleh karena itu memerlukan pendekatan beragam untuk mengatasinya,” ujar seorang ahli diet dan profesor yang terdaftar dalam nutrisi kesehatan masyarakat di Universitas  Teesside.

“Meskipun hasil penelitian ini mungkin mengecewakan bahwa bagi beberapa orang. Perubahan kecil pada asupan kalori dapat memiliki efek yang berarti pada tingkat populasi,” kata Asha Kaur dari Pusat Pndekatan Penduduk untuk Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Universitas Oxford melalui tulisan dalam sebauh tajuk rencana, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Kamis (31/10).

Menurut NHS sekitar 29 persen orang dewasa di Inggis digolongkan obesitas pada 2019, Jumlah ini meningkat tiga persen sejak 2016. Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration mulai mewajibkan adanya informasi kalori dalam menu makanan besar di restoran waralaba pada Mei 2018.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement