REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Banyak orang tua yang saat ini masih berjuang sangat keras untuk mengenali gejala depresi pada anaknya, terutama anak remaja mereka. Meningkatnya angka bunuh diri di Amerika Serikat menjadikan perhatian khusus bagi orang tua untuk mengenali gejala depresi, yang kerap menjadi penyebab bunuh diri.
Wakil Direktur Penelitian di Universitas Michigan, Amerika Serikat, Profesor Sarah Clark, menganjurkan orang tua mungkin dapat berbicara dengan anak mereka, mengenai kemampuan anak untuk dapat mengidentifikasi kemana anak bisa pergi bercerita kepada orang dewasa. Mereka bisa memilih kemana mereka pergi untuk menjelaskan permasalahan mereka, terutama kepada orang yang menjadi kepercayaan jika mereka merasa sedih.
Jajak pendapat pada penelitian itu juga menemukan, sebagian besar orang tua percaya, sekolah harus berperan dalam mengidentifikasi potensi depresi. “Berita baiknya adalah orang tua memandang sekolah sebagai mitra yang berharga dalam mengenali depresi remaja,” ujar dia.
Akan tetapi, kabar buruknya, terlalu sedikit sekolah di AS yang memiliki sumber daya yang memadai untuk menyaring siswa yang terindikasi depresi. Terlebih yang menawarkan konseling kepada siswa yang membutuhkannya. Temuan ini didasarkan pada tanggapan dari lebih dari 800 orang tua Amerika dengan setidaknya satu anak di sekolah menengah.
Berikut tanda-tanda depresi pada anak, menurut National Health Service, dilansir di laman StokeonTrentLive.
- Anak mengalami kesedihan, atau suasana hati yang rendah yang tidak hilang.
- Anak menjadi pemarah atau pemarah sepanjang waktu.
- Anak tidak tertarik pada hal-hal yang biasa mereka nikmati.
- Anak merasa lelah dan lelah banyak waktu
Selain itu, gejala depresi juga bisa muncul secara fisik. Gejalanya yaitu sulit tidur atau tidur lebih dari biasanya, tidak dapat berkonsentrasi, kurang berinteraksi dengan teman dan keluarga, ragu-ragu, dan tidak punya banyak kepercayaan.
Lalu, anak jadi makan lebih sedikit dari biasanya atau makan berlebihan, memiliki perubahan besar dalam berat badan atau cenderung turun, anak juga sepertinya tidak bisa santai atau lebih lesu dari biasanya. Anak juga bicara tentang perasaan bersalah atau tidak berharga, serta merasa kosong atau tidak dapat merasakan emosi (mati rasa).
Anak juga merasa memiliki pemikiran tentang bunuh diri atau melukai diri sendiri. Anak, malah juga bisa merugikan diri sendiri, misalnya, memotong kulit mereka atau minum obat berlebihan atau overdosis.