Ahad 05 Jan 2020 18:55 WIB

Komunikasi Positif Orang Tua Dukung Perkembangan Otak Bayi

Menurut studi, otak bayi dan ibu jauh lebih sinkron ketika ibu berkomunikasi positif.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Orang tua menggendong bayinya.
Foto: pixabay
Orang tua menggendong bayinya.

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Komunikasi dan hubungan emosional antara orang tua dan buah hati sangat penting untuk perkembangan otak anak. Penelitian oleh tim dari Universitas Cambridge mengungkap lebih lanjut mengenai apa yang terjadi di otak bayi.

Studi menunjukkan bahwa otak seorang ibu dan bayinya jauh lebih sinkron satu sama lain ketika ibu mengekspresikan emosi atau berkomunikasi secara positif. Hal itu diyakini sangat membantu perkembangan otak dan mental bayi.

Tim peneliti dari Departemen Psikologi Universitas Cambridge itu meminta 15 ibu mengekspresikan emosi positif dan negatif mengenai serangkaian objek. Aktivitas tersebut tentunya dilakukan di depan buah hati mereka masing-masing.

Studi menerapkan metode dual electroencephalograhy (EEG) yang dapat memonitor sinyal otak di kepala setiap ibu dan bayinya. Hasilnya, interaksi positif dengan banyak kontak mata menunjukkan sinkronisasi kuat gelombang otak mereka.

Dengan kata lain, komunikasi positif meningkatkan kemampuan otak ibu dan bayi untuk beroperasi seperti sistem tunggal. Efek tersebut dikenal sebagai konektivitas saraf interpersonal dan ditemukan menonjol dalam frekuensi 6-9 hertz, rentang alpha bayi.

Sinkronisasi memicu pembagian dan aliran informasi yang efisien antara ibu dan bayi. Penelitian juga menjelaskan bagaimana bayi dari ibu yang depresi memiliki koneksi saraf yang lemah dengan ibunya. Itu bisa membuatnya lebih sedikit belajar.

"Pada tahap kehidupan ini, otak bayi memiliki kemampuan berubah secara signifikan, didorong oleh pengalamannya. Dengan menggunakan nada emosi positif selama interaksi, orang tua dapat terhubung dengan lebih baik dengan bayi," kata pemimpin studi, Vicky Leong.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal NeuroImage ini adalah studi pencitraan otak pertama antara dua individu, yakni ibu dan bayinya. Para peneliti mengatakan temuan itu dapat pula diterapkan pada orang lain yang selaras satu sama lain.

Tak cuma ibu dan anak, tetapi juga pasangan, teman dekat, dan saudara kandung. Namun, efeknya tergantung pada seberapa jauh mereka saling mengenal dan tingkat kepercayaan antara mereka, dikutip dari laman Cambridge Independent.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement