REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organic parenting belakangan sedang populer di kalangan orang tua muda. Salah satu bentuk pengasuhannya ialah dengan memberi anak makanan berbahan organik.
Apakah benar makanan ini lebih sehat? Dokter spesialis anak, dr Lucia Nauli Simbolon menjelaskan, pola asuh organik memang salah satunya adalah pemberian nutrisi berbahan organik, yaitu bahan yang bebas pestisida atau zat kimiawi.
"Menghindari bahan kimiawi hingga interaksi negatifnya sekecil mungkin kena ke badan dan usus kita. Makin alami bahan makanan tersebut, diharapkan makin kebal imun kita. Tidak kena imun negatif," ujarnya dalam diskusi bertajuk “Organic Parenting Semakin Tinggi Minat” di Jakarta, belum lama ini.
Bila awalnya sudah baik dengan memberikan anak ASI ekslusif, di saat anak berusia enam bulan, anak mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (MPASI). Saat itulah anak sebaiknya mendapatkan asupan makanan berbahan organik.
"Kalau bisa organik tentu lebih baik lagi. Hanya saja, bila aspek nutrisi sama, namun kemampuan finansial tidak mencukupi, orang tua akan mulai berpikir ulang. Karena cukup mahal, namun kandungan nutrisi sama," ujarnya.
Bahan makanan organik juga direkomendasikan bagi anak dengan keluarga yang memiliki genomik kanker atau kelainan genetis. Walaupun belum diketahui penyebabnya atau masih diduga bahan kimiawi pemicunya, mencoba makanan sealami mungkin itu lebih baik.
"Jadi bahan alami lebih sehat, jelas. Karena tidak pakai pesptisida, pupuk sinestis, ayam tidak disuntik hormon, sapi tidak digelonggong," jelas Lucia.
Bahan organik, menurut Lucia, bisa untuk investasi di masa depan walaupun mahal. "Bila mampu dan orang tua mau komitmen pakai bahan organik, sudah enak banget."
Asupan pangan organik sangat memengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Saat usia 0 sampai 6 bulan, bayi mendapat ASI eksklusif. Setelahnya, ia perlu mendapat tambahan asupan nutrisi. Ini harus sangat diperhatikan, terutama dalam dua tahun pertama yang merupakan golden period tumbuh kembang anak.
Bahan makanan organik, menurut Lucia, tidak mengandung pestisida dan pupuk sintetis. Sebisa mungkin paparan zat-zat tersebut pada makanan bisa dihindari sehingga tidak ada residu pestisida dalam makanan atau minuman anak.
"Dan yang pasti, kita juga ingin menghindari paparan growth hormone. Sebisa mungkin kita hindari bahan-bahan seperti ini sejak dini,” papar Lucia.
Growth hormone kerap digunakan pada hewan untuk merangsang produksi susu sapi yang lebih banyak atau menggemukkan ayam.