Selasa 04 Feb 2020 15:59 WIB

Angka Kematian Virus Corona Masih Disebut Rendah

Virus corona mampu menyebar dengan cepat, namun angka kematiannya rendah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi penyebaran virus corona. Virus corona mampu menyebar dengan cepat, namun angka kematiannya rendah.
Foto: MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona. Virus corona mampu menyebar dengan cepat, namun angka kematiannya rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Virus corona jenis baru atau virus 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV) telah menyerang hampir 19 ribu orang di seluruh dunia dan menyebabkan 475 orang meninggal. Merujuk pada angka itu bisa dikatakan bahwa virus 2019-nCoV mampu menyebar dengan sangat cepat, namun angka kematiannya rendah.

Mengapa hal itu terjadi? Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr Raden Rara Diah Handayani menjelaskan bahwa setiap virus memiliki virulensi atau kemampuan untuk menciptakan suatu penyakit. Adapun virus 2019-nCoV, kemampuannya sangat tinggi dalam menyebabkan penyakit, mulai dari skala ringan hingga berat, bergantung pada imunitas tubuh setiap orang.

Baca Juga

"Makanya jika ada kasus meninggal karena virus korona baru biasanya dia sudah memiliki riwayat penyakit terdahulu, seperti diabetes, usia tua, atau penyakit paru yang sebelumnya dia derita," jelas Diah dalam diskusi terkait Coronavirus di RSUI, Depok, Jawa Barat, Selasa (4/2).

Hal itu berbanding terbalik dengan kasus flu burung H5N1 yang pernah menjadi epidemi di Indonesia sekitar tahun 2004. Menurut Diah, virus H5N1 penyebarannya tidak secepat virus 2019-nCoV, namun pasien yang terjangkit 80 persen berisiko tinggi meninggal. Artinya, angka kematian akibat virus H5N1 lebih tinggi.

Diah menjelaskan, risiko kematian akibat infeksi virus 2019-nCoV juga sangat bergantung pada imunitas, usia, dan riwayat penyakit bawaan pasien. Berbeda dengan kasus virus flu burung H5N1 yang membuat tidak hanya usia tua saja yang berisiko meninggal, namun juga usia muda.

"Waktu kasus flu burung itu yang sakit (tertular) tidak banyak. Tapi setiap yang sakit itu, mereka 80 persen berisiko tinggi meninggal. Perbandingannya juga cukup tinggi, jadi kalau ada empat pasien flu burung, tiga meninggal dan 1 tidak," jelas Diah.

Meski hingga saat ini Indonesia belum mengonfirmasi kasus virus corona jenis baru, masyarakat tetap diimbau untuk waspada dan selalu menjaga kesehatan, kebersihan dan menghindari perjalanan ke wilayah terjangkit.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement