REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai pada anak dinilai masih rendah. Hal itu bisa berdampak penggunaan internet tidak sehat oleh anak.
Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemeberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Valentina Ginting di Jakarta, Jumat, mengatakan masih sedikit orang tua yang memanfaatkan fitur pengawasan orang tua pada gawai yang digunakan oleh anak.
Dia mengambil contoh dari seminar tentang internet sehat untuk anak yang digelar Kementerian PPPA di Jakarta, hanya sekitar 2-3 persen peserta yang menggunakan fitur "parental control" pada gawai yang digunakan anak. Valentina mengemukakan mesin pencari Google sudah menyediakan fitur pengawasan orang tua pada lamannya, namun baru sedikit orang tua yang memanfaatkan itu.
Oleh karena itu Kementerian PPPA bekerja sama dengan perusahaan teknologi dan media sosial seperti Google dan Facebook memberikan edukasi tentang berinternet sehat dan pengawasan internet. "Walaupun Google punya 'parental control', tapi kami ingin ini disosialisasikan," kata Valentina.
Dia menekankan pentingnya pemahaman orang tua terhadap pendidikan anak di era digital yang bisa memengaruhi karakter dan kepribadian anak. Valentina berpendapat orang tua harus melek teknologi dalam memberikan pendidikan dan pengawasan kepada anak. Dia mengakui memang terdapat perbedaan dalam penguasaan teknologi antara orang tua dan anak yang berbeda generasi.
"Memang ada gap generasi antara generasi milenial dengan generasi X. Tapi kita ngga boleh gaptek juga. Anak ngga boleh dilarang menggunakan handphone, tapi harus diawasi," jelas Valentina.
Kementerian PPPA juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat lainnya untuk memberikan edukasi dan pelatihan pada orang tua serta anak.