REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perceraian orang tua bisa menjadi kejadian besar yang menyakitkan bagi banyak anak. Dampaknya, anak bisa sedih cemas. Disinilah dibutuhkan kebijaksanaan orang tua.
Menurut psikolog Tara de Thouars, sebenarnya tidak ada anak yang akan maklum dengan perceraian orang tuanya. Anak terpaksa harus menerima dan beradaptasi dengan perceraian.
Adalah harapan semua orang bisa memiliki orang tua utuh. Tetapi ada beberapa kondisi di mana juga tidak sehat untuk anak bila orang tua tetap bersama.
"Poin penting adalah anak harus bisa paham perceraian orang tua bukan karena mereka dan konflik orang tua bukan karena mereka. Banyak kasus di mana anak merasa bersalah dan merasa buruk karena perceraian orang tua," kata Tara.
Masing-masing orang tua perlu meyakinkan anak mendapat kasih sayang apa pun yang terjadi. Anak tidak perlu memihak dan merasa bersalah.
Menjelekkan salah satu orang tua di hadapan anak akan menimbulkan perasaan benci, ketidakpercayaan, dan menghancurkan relasi baik terhadap salah satu orang tuanya. Padahal anak masih membutuhkan orang tua untuk perkembangan psikologis mereka.
Tara mengatakan anak akan kehilangan peran (role gender) dari salah satu orang tuanya. Mereka akan merasakan kekurangan dalam batin dan hatinya yang bisa menimbulkan trauma, memengaruhi perilaku, emosi dan hubungan interpersonal ke depannya.
Contoh, anak dengan ibu yang membenci ayahnya berselingkuh dan mengajak anak untuk menjauhi, maka akan timbul rasa ketidakpercayaan anak dengan ayahnya. Anak juga secara umum memiliki ketidakpercayaan terhadap pria, terutama saat menjalin hubungan dengan orang lain nantinya.
Tara menyarankan hindari menjelekkan salah satu pihak. Orang tua harus memahami anak juga masih membutuhkan peran kedua orang tuanya agar bisa tumbuh kembang dengan baik. Hindari sebisa mungkin curhat mengenai penderitaan yang dirasakan kepada anak karena dapat menimbulkan kebingungan, konflik batin, dan frustrasi pada anak. Akan ada kebingungan antara cinta, benci dan butuh dengan orang tuanya.